Rabu, 28 Februari 2007 01:38
Banjarbaru, BPost
Belum lepasnya Kabupaten Banjar dan sekitarnya dari bencana banjir diduga kuat akibat kurang maksimalnya pengawasan pemerintah dalam menjaga Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di Mandiangin Karang Intan Kabupaten Banjar.
Aktivitas pertambangan dan kebakaran lahan yang terjadi di sana, dinilai sebagai penyebab terjadinya banjir. Pengamat lingkungan yang juga Dekan Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Udiansyah berpendapat rusaknya lahan hutan Tahura terasa sekali dampaknya saat ini.
Daerah resapan air itu sudah tak lagi berfungsi maksimal mengendalikan air. "Benar adanya kalau salah satu penyebab banjir rusaknya lahan di Tahura. Banjir tak akan berhenti, jika lahan di sana masih rusak," tandasnya.
Disebutkan, bencana ini belum akan lepas sepanjang lahan di sana masih terus ditambang dengan sistem terbuka. Apa pun jenis tambangnya, pembukaan lahan untuk aktivitas pertambangan, bukan solusi terbaik.
Tahura, jelasnya merupakan vegetasi terbesar di Kalsel. Kalsel lambat laun kehilangan hutan sebagai vegetasi pelindung yang berfungsi mengatur tata air. Jika terjadi kerusakan lahan di kawasan Hulu seperti Banua Riam dan sekitarnya, maka aliran air langsung menghantam ke tanah dan terjadilah pendangkalan.
Ibarat kelereng dimasukkan dalam gelas berisi air, luberlah isinya dan langsung ke dataran rendah. Hal itu lah yang saat ini terjadi di Kalsel. Sementara itu, Rahmat Mulyadi, Manajer Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel dengan tegas menyebutkan Pemerintah di Kabupaten Banjar, belum mencermati ancaman lebih besar karena memberikan izin pertambangan tanpa kajian mendalam. niz
No comments:
Post a Comment