Jumat, 23 Februari 2007
Tapin, Kompas - Banjir di sebagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Banjar menyurut, tetapi di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, air justru semakin tinggi, Kamis (22/2). Di Tapin, banjir menggenangi ratusan rumah, tiga di antaranya tertimbun longsoran jalan.
Di Desa Harakit, Kecamatan Piani, tiga rumah tertimbun longsoran jalan. Tak ada korban jiwa, tetapi beberapa penghuninya luka ringan.
Sebuah kendaraan dengan delapan penumpang terjebak di ruas jalan yang putus akibat longsor. Para penumpangnya, termasuk seorang ibu yang hamil tua dan anak berusia tujuh tahun, berhasil dievakuasi warga.
Banjir setinggi 30 sentimeter hingga satu setengah meter itu mulai menggenangi Kecamatan Piani, Bungur, dan Tapin Utara sejak Kamis pukul 05.00. Sebagian warga terpaksa mengungsi.
Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Tapin Fahmi Saberi mengatakan, genangan air cukup tinggi di Bungur dan Tapin Utara karena pintu bendungan irigasi di Desa Linu terpaksa dibuka agar tidak jebol.
Hujan lebat di Kalimantan Selatan juga mengakibatkan banjir di sejumlah kabupaten lainnya. Di Banjar, air setinggi hingga satu meter menggenangi enam desa di Kecamatan Simpang Empat. Sekitar 800 rumah dan 200 hektar sawah terendam.
Dari Pekanbaru dilaporkan, Desa Kuntu dan Teluk Paman, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kiri, Riau, Kamis kemarin kembali dilanda banjir. Puluhan warga mengungsi dan sedikitnya tiga titik jalan desa putus.
Camat Kampar Kiri Dasmar mengatakan, air mulai masuk ke rumah warga sekitar pukul 04.00. "Air juga menyebabkan tiga ruas jalan terputus. Ketinggian air di jalan bisa mencapai 50 sentimeter hingga 1,5 meter," tutur Dasmar. Komandan Koramil Kampar Kiri Lettu Yuharda mengatakan, hingga kemarin belum ada perahu karet untuk evakuasi warga.
Belum fokus
Sementara itu, meluapnya Sungai Citarum membuat Kabupaten Bandung dilanda banjir. Tiga kecamatan dan sedikitnya 2.000 rumah terendam hingga 1,5 meter.
Menurut pengamat hidrologi Universitas Padjadjaran, Chay Asdak, Kamis, saat ini ada dua permasalahan yang harus diselesaikan. Pertama adalah minimnya tempat penyimpanan air dan rehabilitasi situ-situ yang rusak. Kedua, adalah soal pemeliharaan tanggul yang ada.
Menurut Chay, belum ada keseriusan merehabilitasi situ-situ yang ada, sementara pembangunan gedung baru tidak memerhatikan fungsi lingkungan. "Tanah sudah kehilangan daya menahan air. Itu mengakibatkan kekeringan di musim kemarau dan banjir besar di musim hujan," kata dia. (FUL/ART/CHE)
No comments:
Post a Comment