Senin, 29 Januari 2007
Radar Banjarmasin, PELAIHARI - Banjir tahunan yang melanda sejumlah kawasan di kota Pelaihari dan sekitarnya, menurut Wakil Ketua DPRD Abdi Rachman SPd, harus menjadi agenda penting pembangunan Tanah Laut di tahun 2007 ini. Artinya, pemkab harus melakukan upaya sungguh-sungguh agar banjir serupa tidak terulang lagi, termasuk menyediakan dana yang cukup untuk mendukung langkah-langkah tersebut.
“Penanganan banjir, khususnya di kawasan perkotaan, sudah tidak bisa ditawar lagi,” ujar Abdi kepada Radar Banjarmasin hari Jumat (27/1) pagi, di sela-sela acara penyerahan bantuan (70 dus mie instan, 30 rak telur dan 150 kaleng sarden) kepada korban banjir di Desa Panjaratan.
Lebih lanjut Abdi mengatakan, kalau Pemkab tidak lagi mempunyai tambahan dana untuk penanggulangan banjir, bisa saja dengan menggeser anggaran lain, seperti anggaran untuk keindahan kota Pelaihari, sebesar Rp3 miliar yang diajukan pemkab dalam prioritas plafon anggaran (PPS).
“Dana tersebut rencananya digunakan untuk mempercantik kota Pelaihari, dengan target perolehan adipura,” ujar Abdi.
Namun melihat banjir melanda Kelurahan Pelaihari, Angsau, Karang Taruna, Pabahanan, Desa Kunyit dan Panjaratan yang semuanya termasuk wilayah Kecamatan Pelaihari, menurut Abdi akan menjadi lebih bermanfaat bagi masyarakat, bila prioritas pembangunan kota diarahkan pada upaya pencegahan dan penanggulangan banjir.
Adapun langkah yang harus dilakukan menurut Abdi, secepatnya instansi teknis melakukan identifikasi, apa saja penyebab banjir.
“Semua banjir memang disebabkan oleh air, tapi yang perlu dicari kenapa airnya menggenang dan sampai merendam pemukiman penduduk,” ujarnya.
Setelah itu segera membuat strategi yang tepat untuk menanggulanginya, sehingga tahun depan kejadian serupa yang sangat merugikan penduduk secara material tidak terulang lagi.
“Bayangkan berapa kerugian masyarakat, sawah rusak, ternak hilang, fasilitas umum seperti titian ulin rusak dihantam air, belum lagi barang-barang di rumah warga yang terendam, selama beberapa hari mereka tidak bisa menjalani aktivitas secara normal,” tandasnya.
Sementara itu, mengenai banjir di wilayah Desa Panjaratan, bagi warga setempat sepertinya sudah menjadi hal biasa, karena rutin terjadi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
“Yang mengagetkan kami, tahun ini air begitu cepat naik, sehingga banyak warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang,” ujar Busra Juhri, Guru SDN Panjaratan yang diaminkan warga lainnya.
Kemudian, turunnya air juga terasa lebih lambat, sebab biasanya menurut warga hanya perlu waktu dua atau tiga jam, air sudah mulai berangsur surut. Sedangkan tahun ini, air baru berangsur surut setelah merendam rumah warga selama dua hari. Mereka menduga, hal ini terjadi karena adanya tanggul-tanggul yang dibangun perkebunan kelapa sawit di sebelah desa mereka, sehingga aliran air menjadi terhambat.
Terhadap dugaan tersebut, menurut Abdi pemerintah juga harus melakukan kajian komprehensif, sebelum mengeluarkan perizinan terhadap pembangunan areal perkebunan sawit di daerah rawa. Agar dampak negatif dari pembangunan tersebut dapat diminimalkan. (bin)
No comments:
Post a Comment