Jumat, 23 Februari 2007
Radar Banjarmasin
RANTAU,- Meluapnya Sungai Tapin akhirnya menimbulkan banjir di kawasan di sepanjang bantaran Sungai Tapin di Rantau. Mulai dari Desa Miawa di Kecamatan Piani, Desa Bungur hingga ke Linuh di Kecamatan Bungur hingga Kecamatan Tapin Utara, totalnya kurang lebih 15 desa terendam banjir hingga kemarin sore.
Banjir yang melanda 4 kecamatan tersebut diakibatkan hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tapin sepanjang hari Rabu hingga Kamis dini hari kemarin. Akibatnya ratusan rumah warga dikepung banjir.
Dari pantuan Koran ini, di Kecamatan Piani, tepatnya di Desa Harakit jembatan kayu ulin putus akibat diterjang banjir, hingga warag di 4 desa terisolir. Keempat desa tersebut adalah Desa Harakit, Batu Ampar, Buniin, dan Pipitak dikepung banjir setinggi 50 centimeter.
“Alhamdulillah banjir di Piani sudah mulai menurun pagi kemarin, saat ini ketinggian air hanya mencapai setinggi lutut orang dewasa. Di Miawa ada 35 rumah yang terendam sedangkan di Batu Ampar ada 18 rumah yang terendam banjir,” ujar Camat Piani HM H Hasbi.
Akibat banjir di Batu Ampar, ada seorang nenek Samiah berusia sekitar 60 tahun meninggal dunia. Nenek Samiah meninggal usai mengangkat dan menyelamatkan kacang hasil panen ke tempat yang aman. “Kemungkinan besar, nenek Samiah kelelahan akibat mengangkat kacang dan mendadak meninggal dunia karena terkejut dengan datangnya banjir,” ucap Hasbi.
Keadaan seupr terjadi di Kota Rantau justru. Air sungai tiba-tiba datang dan meluap sekira pukul 05.00 Wita kemarin. “Subuh kemarin,tiba-tiba terdengar suara menderu-deru dan tanpa kami duga tuba-tiba saja air langsung masuk ke dalam rumah. Hanya dalam hitungan menit air sudah setinggi 50 meter, hingga sore ini air mencapai ketinggian 2,5 meter di dalam rumah kami,” ujar Raudatul Jannah, yang rumahnya berada di pinggiran Sungai Tapin di Kupang, Rantau.
Dikatakan Raudatul, dirinya dan suaminya masih sempat menyelamatkan kasur, televisi, dan lemari ke sebelah rumah yang rumahnya lebih tinggi. Begitu juga dengan kursi rotan di rumahnya pun diangkut ke halaman rumah, yang tidak terendam banjir. Hampir di sepanjang Jl A Yani di Kupang rumahnya kebanjiran, semakin siang air sungai semakin meluap hingga sore tadi mencapai 50 centimeter hingga 1,5 meter tingginya.
Begitu juga dengan kawasan Jalan Pelita yang padat rumah penduduknya banjir sudah memasuki rumah warga. Warga pun sibuk menyelamatkan perabotan di rumahnya. Mulai dari mengangkat kasur, televisi, karpet, dan barang berharga lainnya. “Di kawasan Pelita ini air naik sejak pukul 06.00 Wita pagi kemarin. Perlahan tapi pasti, air yang tadinya hanya di halaman rumah menyerbu masuk ke rumah setinggi lutut orang dewasa. Untungnya Rabu malam kami sudah dikabari keluarga di Linuh kalau air meluap. Kami pun sudah mengemasi barang-barang sejak tadi malam,” ujar Ebet, salah seorang warga yang tinggal di Jalan Pelita, Rantau.
Sementara itu, di sepanjang Jalan Kesuma Giri hampir sebagian besar jalan beraspal dikepung air yang datang dari Sungai Tapin setinggi 30–50 centimeter. Semakin siang air sungai semakin deras jalan mengalir ke jalanan beraspal di Kesuma Giri. Bahkan, kebun warga dan sawah petani yang ada di sepanjang jalan tersebut juga ikut terendam air setinggi 50 centimeter.
Begitu juga yang terjadi di Desa Bungur hingga ke Linuh dikepung banjir juga, tercatat ada 30 buah yang terendam air, Rantau Bujur ada 19 buah. Selain mengepung rumah warga yang ada di pinggiran sungai, banjir juga mengepung jalan aspal yang menjadi jalan utama ke Linuh. Banjir di kawasan ini mencapai ketinggian hingga 2 meter dalamnya. Bahkan, sebuah jembatan ambruk akibat arus sungai yang deras.
Akibat Sungai Tapin yang meluap, tercatat 4 SD di Kota Rantau yang diliburkan. Yakni SDN Kupang 2, Kupang 1, SDN Bungur, Madrasah Ibtidaiyah Rantau. “Kami tadi pagi datang ke sekolah dan air sungai sudah naik hingga mengenangi sekolah kami setinggi 1 meter. Siswa yang datang pun kami suruh pulang. Ini terpaksa kami lakukan sebab kami tidak berani menjamin keselamatan seluruh siswa yang berjumlah 114 orang,” ujar Kasek SDN Kupang 2 Saupil Hasanah di lokasi kejadian.
Di lokasi sepanjang Jalan By Pass atau Jl Jenderal Sudirman yang kebanjiran sebagian besar adalah warga yang rumahnya berada di pinggiran Sungai Tapin. Meskipun air terus meninggi, namun Masjid An Noor yang berada di pinggir Sungai Tapin tidak ikut kebanjiran.
Bahkan, rumdin Wakil Bupati Tapin juga ikut digenangi air setinggi 10 centimeter di halaman rumahnya. Kawasan Jalan MTQ yang berada di jantung Kota Rantau juga ikut kebanjiran. Parahnya, air mengalir memasuki rumah warga hingga ke setinggi 15 centimeter hingga 50 centimeter. Banjir kali ini lebih besar dibandingkan 3 tahun silam. Kalau dulu air hanya sampai di teras, namun kali ini sampai masuk ke rumah,” ujar Adi, seorang warga MTQ.
Sepanjang Jalan SPG Rantau juga dikepung banjir, air yang tidak diperkirakan warga bakal masuk ke rumah akhirnya sore kemarin mengalir deras masuk ke rumah.
Setali tiga uang dengan warga yang ada di kawasan hilir Sungai Tapin. Sebagian rumah warga yang berada di pinggiran Sungai Tapin ikut terendam air. Bahkan 2 buah jembatan gantung putus di Desa Bakarangan dan sebuah jembatan Abri di Gadung juga putus diterjang banjir. (nti)
No comments:
Post a Comment