Friday, March 02, 2007

Longsor Itu Melanda "Lakuak Nan Tanang..."

Rabu, 10 Januari 2007

Korban Bencana Alam

Yurnaldi

Hidup tenang di lakuak (lembah) nan sunyi berdindingkan bukit terjal memang nikmat meski sebenarnya bahaya selalu mengancam.

Itulah yang dialami 13 warga Chaniago, Senin (8/1) sekitar pukul 16.30. Dinding bukit terjal setinggi 75 meter itu longsor dan melanda empat rumah di bawahnya. Bahkan, kubah dari sebuah mushala terbawa longsoran sampai sejauh 30 meter.

Korong Kolam Janiah, nama kawasan itu, tiba-tiba senyap. Padahal sebelumnya, kata Muhammad Rasyidin (52), masih terdengar tawa ceria empat anak-anak, Rohim (11), Tomy (13), Firman (11), dan Rozi (10), bermain di halaman depan mushala Jabbal Nur.

"Lima menit saja saya tegak di halaman mushala...," kata Rasyidin. Tak terbayang apa jadinya kalau sampai berlama-lama di halaman mushala. Nasibnya mungkin akan sama dengan anak-anak itu, tertimbun material longsoran 4 meter-5 meter.

Menurut Rasyidin, ketika salah seorang penggembala memberi tahu bahwa ternak sapinya tak bisa lewat karena terhalang tanah longsor, ia seolah tak percaya. Sebab, lima menit sebelumnya ia lewat kawasan itu. Ketika Rasyidin kembali ke Korong Kolam Janiah, Nagari Kudu Gantiang, Kecamatan V Koto Timur Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman, suasana memang sudah senyap. Bangunan rumah tak tampak lagi, kecuali kubah mushala.

Rasyidin terkesiap karena tidak hanya empat anak itu hilang ditelan longsoran tanah, tetapi juga tiga keluarga lain, yang masih satu suku. Diduga, selain empat anak itu, ada 11 jiwa yang turut tertimbun longsor.

Dua jam kemudian lokasi longsor yang sunyi senyap tersebut dipadati ribuan warga dan ratusan kendaraan berseliweran. Mereka ingin melihat lokasi bencana.

Malamnya, nyaris terjadi bencana lagi. Seusai maghrib, terjadi longsor susulan sedikitnya dua kali. Ternyata, Bukit Rimbo Takuruang yang longsor menimbun kawasan tempat tinggal warga seluas lebih kurang 100 m x 170 m, setinggi 4 m-5 m. Ratusan petugas dan warga lari terbirit-birit dalam kegelapan.

"Lokasi longsor masih rawan, tanah masih terus bergerak. Evakuasi belum bisa dilakukan," kata Bupati Padang Pariaman Muslim Kasim.

Selasa dini hari Muhammad Rasyidin tampak kelelahan. "Korban yang tertimbun masih keluarga ambo. Noni (37) dan Nida (35) adalah adik sanak bapak. Anak Noni, Hendra (13), turut tertimbun. Dua anak Nida, Niko (10) dan Fahmi (2), juga diduga tertimbun. Dua keponakan, Rozi (10) dan Firdaus (14), juga menjadi korban," ungkapnya dengan mata berkaca.

Anton yang ditemui Kompas tampak membisu. Matanya berkaca-kaca. Nida (istrinya), Fahmi (anaknya), dan mertuanya, Tirau (62), belum diketahui nasibnya.

Adapun Pudin, yang sebelumnya diduga turut tertimbun bersama keluarganya, ternyata selamat. Ketika tim pencari menemukan Buyung (3), anaknya, Selasa pagi, ia tampak amat sedih. Dua jam kemudian, Imaniar (35), istrinya, ditemukan.

"Ya Allah, telah Engkau pertemukan saya dengan keluarga saya, istri dan anak. Terimalah mereka di sisi-Mu. Inna lillahi, wa inna ilaihi rojiun," katanya lirih. Bibirnya bergetar memohon doa. Air matanya meleleh ke pipi.

No comments: