Kamis, 11 Januari 2007 Radar Banjarmasin
KOTABARU – Warga Perumnas Batu Silira RT 6, Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru yang rumahnya rusak diterjang angin puting beliung Selasa (9/1) lalu, kemarin mengharapkan bantuan pemerintah daerah untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak.
Aisian, salah seorang korban angin putting beluing yang atap rumahnya hancur berharap, di usia yang sudah tua dan hidup sendiri ia meras tidak mampu memperbaiki kembali rumahnya yang rusak.
"Sementara ini, atap rumah saya hanya ditutup terpal, karena masih belum punya uang untuk memperbaiki. Ulun mengharapkan ada bantuan pemerintah kabupaten kepada warga yang menjadi korban seperti ulun ini," ujarnya kepada wartawan Radar Banjarmasin, kemarin.
Sementara itu, rumah yang ambruk akibat hantaman angin puting beliung sebagian besar belum diperbaiki pemiliknya. Malah ada yang ditinggalkan pergi penghuninya. Sebagian warga takut rumahnya ikut ambruk, karena jadi satu bangunan.
Seperti diketahui, Peristiwa ini hanya berlangsung sekitar 8 menit Selasa sore. Saat kejadian, hujan turun tidak terlalu deras hanya saja diikuti angin kencang. Tiba-tiba angin berputar menghantam kawasan padat hunian tersebut, hingga mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah warga.
Dari 16 buah rumah yang rusak, rumah milik janda Hj Sumi, yang disewakan dengan 10 pintu, 9 di antaranya ambruk dan rata tanah. Diperkirakan, akibat hantaman puting beliung ini kerugian yang dialami warga mencapai ratusan juta rupiah.
Untungnya, pemukiman itu belum semuanya ditempati orang, sehingga ambruknya tidak menimbulkan korban jiwa. Begitu juga dengan puluhan rumah yang rusak ringan, tidak ada korban luka-luka.
Puluhan anak-anak yang sedang bermain menceritakan, saat hujan turun bertepatan azan salat Ashar. Dari kejauhan, terlihat angin memanjang ke bawah berputar-putar melalui daerah perumahan, seraya menerbangkan apa saja yang dilewatinya, termasuk ratusan atap rumah warga yang terbuat genteng metal dan asbes.
"Terlihat angin seperti berekor dan berputar-putar di kawasan perumahan ini, disertai bunyi gemuruh. Beberapa menit kemudian angin tersebut hilang," Ardi, seorang anak berusia belasan tahun menceritakan. Ardi sendiri sempat lari dan berlindung.
Pengakuan serupa juga diungkapkan salah seorang korban, Ny Aisiah, 63 tahun. Menurut dia, saat angin menghantam rumahnya, Aisiah berada di dalam rumah. Ia mengaku melihat langsung bagaimana atap asbes rumahnya berputar diterpa angin.
"Saat itu terdengar suara gemuruh sangat keras diikuti tiupan angin sangat kencang. Tiba-tiba atap rumah saya beterbangan. Sebagian lagi jatuh ke bawah. Saat itu, saya berada di depan pintu, dan langsung keluar rumah takut tertimpa atap yang berjatuhan. Angin tersebut tidak terlalu lama lalu hilang begitu saja," tuturnya.
Dibantu menantunya, Aisyah pun mencari atap rumahnya yang terbang. "Jangankan ada yang terlihat, sisa-sisanya saja sudah tidak ada entah ke mana terbangnya. Saya tidak tahu," katanya.(ins)
No comments:
Post a Comment