Minggu, 14 Januari 2007 Radar Banjarmasin
BANJARMASIN,- Tingginya curah hujan pada Januari-Februari tahun 2007 ini patut diwaspadai. Pasalnya, bahaya banjir bandang (banjir yang disebabkan luapan air dari atas penggunungan) mengancam sejumlah daerah di Kalsel, terutama masyarakat yang bermukim di sekitar Pegunungan Meratus.
"Berdasarkan informasi dari Badan Metreologi dan Geofisika (BMG), tingginya curah hujan pada Januari sampai Februari ini sangat rentan memicu terjadinya banjir bandang," ujar Sekretaris Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satkorlak PBP) Kalsel Hadi Soesilo kepada koran ini, belum lama tadi.
Sehubungan dengan itu, Hadi mengharapkan pemerintah daerah setempat meningkatkan kewaspadaan dengan meningkatkan monitoring di kawasan yang rawan terserang banjir bandang, seperti di daerah Tanbu, Tala, HST, HSS serta daerah pengunungan lainnya.
"Pada prinsipnya kita tidak mengharapkan bencana alam tersebut terjadi. Namun, berdasarkan pengalaman dan kondisi musim sekarang ini, banjir bandang sangat rawan terjadi. Karenanya, kepada masyarakat yang bermukim di sekitar Pegunungan Meratus agar waspada," pesannya.
Bahkan, lanjutnya, Gubernur Kalsel Rudy Ariffin sudah menginstruksikan kepada para bupati dan walikota di Kalsel agar menginventarisir peralatan penanggulangan bencana banjir. Perlengkapan yang diinventarisir meliputi perlengkapan milik kabupaten dan kota, milik propinsi, maupun bantuan dari pemerintah pusat seperti perahu karet, dapur umum, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, mantan Penjabat Walikota Banjarbaru ini mengemukakan Dinas Kimpraswil Kalsel pun sudah melakukan pendataan kawasan-kawasan yang rawan tertimpa bencana alam seperti banjir, puting beliung, dan tanah longsor. "Kimpraswil sudah melakukan pemetaan kawasan-kawasan yang rawan tertimpa bencana alam," ungkapnya.
Sekadar informasi, estimasi Dinas Kesejahteran Sosial Kalsel, bencana alam yang terjadi pada berbagai daerah di Kalsel sepanjang tahun 2006 lalu, tak hanya banyak menelan korban jiwa. Tapi juga mendatangkan kerugian harta benda dan inprastrktur yang sangat besar, yang kalau dinilai dengan uang mencapai Rp 248.970.500.000 atau Rp 248,9 miliar lebih.
Taksiran kerugian tersebut belum termasuk bencana banjir yang baru saja terjadi di Tabalong dan Balangan. Taksiran kerugian paling besar adalah bencana banjir dan angin ribut di Kabupaten Banjar yaitu Rp 156 miliar, disusul banjir di Kabupaten Tanah Bumbu yang menelan kerugian Rp 46 miliar. Berikutnya, taksiran kerugian yang cukup besar akibat musibah banjir dan angin ribut yang terjadi di Kabupaten Kotabaru mencapai Rp 25 miliar. Tak cuma itu saja, masih ada lagi kerugian cukup besar akibat musibah banjir dan tanah longsor, seperti di Kabupaten Tanah Laut yang menelan kerugian Rp 20 miliar. Sedangkan musibah banjir dan angin ribut yang terjadi di sejumlah daerah lainnya, kerugian ditaksir rata-rata antara Rp 50 sampai Rp 100 juta.(sga)
No comments:
Post a Comment