Senin, 19 Februari 2007 02:18
* Magelang longsor, delapan tewas
* Kalsel tetap rawan bencana
Magelang, BPost
Keceriaan warga dua desa di Kecamatan Windusari, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (18/2) pagi, seketika berubah menjadi kesedihan. Ratusan warga yang tengah bekerja bakti tertimbun tanah longsor. Delapan orang di antaranya tewas. Dua lainnya belum ditemukan.
Tak hanya di Magelang, Jogjakarta yang mulai sembuh dari bencana gempa bumi, juga kembali ditimpa musibah. Amukan angin puting beliung, Minggu sore, memorak-porandakan ratusan rumah di beberapa wilayah kota tersebut. Amuk puting beliung juga memutus jaringan telepon dan mematikan aliran listrik.
Bencana tanah longsor menimpa warga Desa Tanjungsari dan Desa Pasungsari, Magelang terjadi pukul 09.45 WIB. Musibah terjadi ketika warga tengah bekerja bakti memperbaiki saluran irigasi dan talud untuk pertanian yang berada tepat di bawah bukit Ngabean.
Kondisi tanah yang gembur akibat hujan yang turun terus-menerus di atas tebing setinggi 150 meter dengan lebar 90 meter menjadi penyebab longsor. Sekitar 120 warga yang berada di bawah tebing langsung tertimbun tanah setebal 20 meter
Sebagian besar berhasil menyelamatkan diri, namun beberapa warga di antaranya bernasib malang. "Banyak warga terjebak runtuhan tanah," tutur Widodo, warga setempat.
Menurut Camat Windusari, Fahrozi, enam dari delapan orang tewas adalah warga Desa Tanjungsari, dua orang lagi warga Desa Pasungsari. Dua orang yang belum ditemukan semuanya warga Desa Pasungsari.
Korban meninggal antara lain Lukman (36), Taufik (29), Wahid (32), Mamik (15), Junus (40), Mattahrim (40) dan Adib (30).
Korban yang mengalami luka-luka adalah Muhanan (55), Sukamno (40), Mui (15), Martojikin (14), Dulrohim (35), Matbaedah (11), Fauzin (45) sedangkan tiga lainnya masih dalam pencarian, Juri (50), Sururi (25) dan Maskur (50).
Pencarian terhadap para korban terpaksa dihentikan, menyusul turunnya hujan lebat di sekitar lokasi bencana.
"Kami tak ingin mengambil risiko. Pencarian dilanjutkan Senin pagi," imbuh Fahrozi.
Sebelumnya pada 8 Januari lalu bukit Ngabean juga longsor dan menutup saluran irigasi. Akibat tertutupnya saluran irigasi oleh timbunan tanah, warga di dua desa (Tanjungsari dan Payungsari) melakukan kerja bakti membuat saluran air untuk pertanian.
Gelap Gulita
Sapuan puting beliung di Jogja hanya terjadi dalam hitungan menit. Toh demikian, angin ribut itu mampu memporak-porandakan kota. Sebagian wilayah gelap gulita dan jaringan telepon pun putus.
Kondisi parah terlihat di Kecamatan Gondomanan. Ratusan rumah di kawasan itu rusak berat. Ratusan pohon bertumbangan dan menyebabkan akses jalan terputus. Sebuah pohon beringin raksasa berusia puluhan tahun roboh.
"Suasana di kawasan itu sungguh mengenaskan, kacau dan gelap gulita karena listrik mati," tutur seorang warga.
Ratusan kendaraan yang melintas di jalan Baciro terpaksa menghentikan laju kendaraannya untuk menyaksikan fenomena alam itu. Mulut mereka komat-kamit melafalkan dzikir.
Warga setempat juga beramai-ramai keluar rumah meski hujan turun dengan deras. Mereka takut jika puting beliung kembali muncul. Jalan-jalan penuh dengan pecahan genteng maupun seng atap rumah yang terbawa angin.
Untuk menangani situasi, polisi memblokir jalan Dr Wahidin sampai Dr Sutomo mulai dari perempatan Jl Gayam. Ketika hujan mulai reda, warga bergotong royong membersihkan puing-puing yang berserakan di jalan.
Hingga tengah malam tadi tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Namun lima orang terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah tertimpa billboard Bioskop Mataram yang roboh.
Selain Jogja, puting beliung juga mengamuk di Kota Depok, Jawa Barat. Sedikitnya tujuh rumah di Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Beji, rumah rusak dan satu korban patah tulang.
Angin kencang disertai hujan deras yang turun ssejak Sabtu itu menyebabkan warga panik. Banyak rumah warga roboh dan tertindih pohon-pohon besar.
Kalsel Rawan
Bencana alam juga mengancam Banua. Irman Sonjaya, forecaster Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (Staklim BMG) Kelas I Banjarbaru, mengatakan Kalsel juga masih akan diguyur hujan disertai angin kencang dan petir.
Karena itu dia meminta warga mewaspadai ancaman angin puting beliung. Pasalnya, pola angin yang melewati Kalsel memiliki kontribusi memunculkan serangan angin besar dengan gerak cepat.
Kepala Bapedalda Kalsel, Rachmadi Kurdi menambahkan, semakin kecilnya hutan resapan air, juga lima dari 13 daerah aliran sungai (DAS) dalam kondisi kritis.
Parahnya DAS itu membuat beberapa daerah rentan mengalami banjir besar selama musim penghujan.
Data di Bapedalda Kalsel, puncak curah hujan terjadi Maret-April 2007. Tingginya curah hujan pada bulan-bulan itu mengancam banjir di Kabupaten Barito Kuala, HSU, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tapin dan HSS. ant/dtc/tnr
No comments:
Post a Comment