Tuesday, March 06, 2007

Bencana Alam 20 Tewas Tertimbun Longsor di Tahuna

Sabtu, 13 Januari 2007

Tahuna, Kompas - Hujan lebat yang turun selama tiga hari belakangan ini membuat tanah di perbukitan di Tahuna, ibu kota Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, longsor. Peristiwa itu terjadi Kamis (11/1) menjelang tengah malam saat warga tertidur lelap. Sebanyak 20 orang ditemukan tewas, 11 orang cedera, dan 13 orang dinyatakan hilang atau masih dicari.

Musibah tanah longsor itu menimbun rumah-rumah penduduk di empat kelurahan, yaitu Dumuhung, Mahena, Santiago, dan Soa Palarua. Wilayah keempat kelurahan itu memang berada di perbukitan dan kondisinya sangat rawan longsor jika terjadi hujan lebat tanpa henti.

Menyusul peristiwa itu, pasokan air bersih kepada warga terganggu.

Proses evakuasi korban berlangsung hingga Jumat malam dengan menggunakan alat berat serta penggalian secara manual oleh regu penolong dari berbagai unsur, yaitu kepolisian, TNI, dan masyarakat. Sekitar pukul 14.00, regu penolong di Kelurahan Mahena menemukan tiga korban tewas. Ketiga korban yang masih bersaudara kandung atau kakak beradik itu adalah Febri David (12), Hoger (8), dan Juliana (6 bulan).

Ketiganya ditemukan dalam posisi berangkulan. Sementara ibu ketiga korban, Horman David, lolos dari terjangan longsor dan saat ini dirawat secara intensif di Rumah Sakit Kendage, Tahuna. Saat peristiwa itu terjadi, suami Horman, Tenesius David, sedang bekerja lembur di Kantor DPRD Sangihe.

Sejumlah warga menyebutkan, Horman selamat dari longsoran karena saat itu ia terjaga dari tidur dan sedang berjalan ke dapur. "Dia tak sempat menyelamatkan anak-anaknya karena tanah begitu cepat menimbun rumahnya," kata Medi Pandean, warga Tahuna.

Bencana longsor itu juga mengubur keluarga Johanes Lahengko (52) bersama istri, Yul Lahengko (45), serta anak-anaknya, Margareth Lahengko, Nofresia Lahengko, Fadli Lahengko, dan Silvana Lahengko.

Korban tewas lainnya adalah Darius Siroga, Neti Mandalika, Farida Usman, Masrul Usman (7), dan Fatimah Thalib (31). Enam korban lainnya ditemukan pada evakuasi malam hari, tetapi jati diri mereka belum teridentifikasi.

Wakil Bupati Sangihe Jabes Gaghana mengatakan, sebelum peristiwa naas itu, hujan turun begitu lebat selama tiga hari. Akibatnya, tanah di kawasan perbukitan itu retak. Karena itu, ia juga mengingatkan, bahaya longsor masih mengancam Sangihe yang wilayahnya berbukit-bukit. Dia mengatakan, keempat kelurahan yang tertimpa longsor itu berada di kawasan perbukitan.

Selain menewaskan sedikitnya 20 orang, bencana tanah longsor itu juga menyebabkan 33 rumah warga hancur dan 18 lainnya rusak. Dua rumah ibadah, gereja dan masjid, juga rusak.

Sampai dengan Jumat petang, tim penolong telah memindahkan 1.233 warga di empat kelurahan itu ke aula pemerintahan dan rumah-rumah ibadah.

Sehari sebelumnya, longsor juga menimpa Kepulauan Tinakareng, Kecamatan Tabukan Utara. Meski tidak ada korban jiwa, 65 rumah warga dilaporkan ru

No comments: