Sidoarjo, Kompas. Senin, 08 Januari 2007
- Tanggul penahan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, saat ini banyak diwarnai retakan. Hal ini tentunya mengancam warga dan tempat tinggal mereka di sekitar itu.
Berdasarkan pantauan hari Minggu (7/1), tanggul penahan lumpur yang dibangun secara berulang-ulang tersebut tidak hanya retak, tetapi pada beberapa bagian pun ada yang longsor. Hingga kemarin belum tampak ada upaya penguatan di sekitar tanggul yang retak itu. Penguatan tanggul yang dilakukan secara besar-besaran sekarang ini adalah di sekitar semburan lumpur panas atau di ring 1.
Tanggul di ring 1 ambles sejak 22 November 2006. Sampai kemarin lubang tanggul yang masih menganga panjangnya sekitar 30 meter.
Sedikitnya ada lima desa di sekitar tanggul yang retak itu, yakni Desa Renokenongo, Besuki, Pejarakan, Mindi, dan Kedungcangkring.
Juru Bicara Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo (PSLS) Rudy Novrianto mengatakan, saat ini Tim Nasional PSLS berkonsentrasi menyambung tanggul di ring 1 yang masih menganga. Targetnya, ring 1 sudah sempurna tersambung Senin ini.
Lima desa di sekitar tanggul yang retak tersebut, Rudy menyatakan, semua masih aman. Alasannya, aliran lumpur tidak mengarah ke desa tersebut. "Akan tetapi, begitu ring 1 sudah selesai tersambung, Tim Nasional langsung memperkuat tanggul terluar itu," katanya.
Secara terpisah, mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Andang Bachtiar menyatakan, tanggul tanah akan selalu cenderung ambles dan longsor. Sebab, areal di sekitar semburan terus mengalami penurunan (subsidence). Karena itu, lanjut Andang, prinsip utama penanggulangan adalah membuang lumpur segar yang muntah dari kepundan langsung ke Sungai Porong. "Jangan sampai volume lumpur terakumulasi semakin besar di dalam kolam penampungan," katanya.
Tanggul penahan lumpur panas panjangnya sekitar 10 kilometer. Sejauh ini tanggul telah diperkuat dengan geotekstil dan tumpukan batu pada lerengnya. Pada bagian atasnya, sebagian besar belum diperkuat karena masih mengalami peninggian.
Awalnya, Tim Nasional memperkuat bagian atas tanggul dengan menggunakan kerak besi (iron slack). Namun, penguatan itu terhenti saat baru terlaksana untuk lebih kurang tiga kilometer. Pihak Kementerian Negara Lingkungan Hidup melarang penguatan dengan kerak besi dengan pertimbangan material tersebut masuk kategori bahan beracun dan berbahaya. (LAS)
Friday, March 02, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment