Senin, 16 Oktober 2006
Jakarta, Kompas - TNI Angkatan Darat dengan keterbatasan personel dan peralatan berusaha membantu pemerintah daerah mengatasi kebakaran hutan. "Dengan keterbatasan, jelas perlu usaha ekstra untuk memadamkan kebakaran lahan di berbagai daerah," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Djoko Santoso saat meninjau jajarannya memadamkan kebakaran lahan gambut di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Minggu (15/10).
Komandan Korem 102 Panju Panjung Kalteng Kolonel (Art) Budi Rachmat mengatakan, bintara pembina desa (babinsa) dapat digerakkan bersama kepala desa dan perangkatnya untuk berpatroli serta memberikan informasi secara cepat jika terjadi kebakaran lahan. Persoalannya, dari 1.324 desa di Kalteng, hanya ada 274 babinsa.
Kemarin kebakaran gambut masih terjadi di sekitar jalan trans-Kalimantan dari Palangkaraya hingga Pulang Pisau. Jarak pandang di ruas jalan itu hanya 10 meter hingga 100 meter.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Malaysia bersikap adil menghadapi bencana kabut asap di Indonesia yang juga berdampak buruk di Malaysia. Kalla minta Malaysia tidak hanya mau enaknya saja karena oksigen dari hutan Kalimantan dan Sumatera juga dinikmati negara itu.
"Soal asap, oksigen hutan Kalimantan dan Sumatera juga membahagiakan Malaysia," ujar Kalla dalam sambutan pembukaan Maha Shaba IX Parisada Hindu Dharma Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Minggu.
Malaysia dan Singapura dalam beberapa hari terakhir berkomentar sangat keras dan menilai Indonesia lamban menangani masalah asap. Dalam hal ini Presiden RI atas nama pemerintah sudah meminta maaf.
Wapres Kalla mengemukakan, Pemerintah Indonesia sudah berupaya membuat hujan buatan, tetapi karena tidak ada awan, upaya itu tidak dapat dilakukan. Untuk menangani bencana ini, pemerintah sudah menyediakan anggaran Rp 100 miliar.
Beli pesawat
Di Palembang, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar saat melakukan kunjungan kerja bersama beberapa menteri kehutanan negara-negara ASEAN mengemukakan, pemerintah akan membeli dua pesawat pemadam api untuk menurunkan ketebalan asap sampai 60 persen pada 2007. Menurut Sekjen Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Tachrir Fathun, selain Rusia yang menawarkan pesawat pemadam seharga 80 juta dollar AS per unit, Australia dan Kanada juga menawarkan pesawat dengan spesifikasi serupa.
Menteri Kehutanan MS Kaban, Sabtu lalu, mengatakan, kebakaran hutan dan lahan mungkin masih terjadi tahun depan. "Seperti halnya banjir, gangguan asap pun bisa berlangsung setiap tahun," katanya.
Asap pekat masih menyelimuti Jambi hampir sepanjang Minggu, hingga jarak pandang hanya 30-50 meter. Asap tebal sudah mengganggu jalan lintas timur Sumatera sejak 10 hari lalu.
"Gangguan asap tahun ini lebih parah daripada tahun 2005," kata Pehin Dato Abdullah, Menteri Lingkungan Hidup Brunei. (GSA/DNU/HLN/LKT/FUL/CAS
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment