Minggu, 15 Oktober 2006
Palembang, Kompas - Meski hujan buatan dan hujan alami sudah terjadi di sejumlah daerah, perang melawan kobaran api di lahan gambut dan sebagian wilayah hutan terus berlangsung di Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, serta Kalimantan Tengah sepanjang hari Sabtu (14/10).
Sementara itu, para menteri lingkungan dan kehutanan se- ASEAN, yang bertemu di Pekanbaru, Riau, kemarin, sepakat mencegah bersama-sama kebakaran hutan dan lahan di ASEAN. Selain itu, dijadwalkan pula pertemuan rutin tiga bulanan setingkat menteri, yang dimulai di Jakarta pada November 2006.
"Mekanismenya sudah ada, tetapi belum dibahas secara rinci. Kami puas dengan beberapa keputusan dalam pertemuan Jumat lalu," kata Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Malaysia Dato’ Sri Azmi Khalid kepada pers di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
"Nanti akan dibentuk panel ahli dari seluruh dunia dan akan dikukuhkan komite pengarah dari lima negara, Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand," kata Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia Rachmat Witoelar saat meninjau lokasi kebakaran gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Ratusan anggota TNI, Polri, masyarakat, dan petugas hutan bahu-membahu mengatasi kebakaran dengan hujan buatan, bom air yang dijatuhkan helikopter Polri, puluhan mobil pemadam kebakaran, dan pemadaman dengan ember ke titik api.
"Kami akan menambah jumlah pasukan pemadam kebakaran dari 100 menjadi 300 personel. Kami juga akan membantu meminjamkan satu heli milik TNI AD untuk membantu pemadaman di Sumatera Selatan," kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Djoko Santoso, Sabtu. Di sela-sela kesibukannya, ia turun langsung memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Sepucuk, Kayu Agung, Kabupaten OKI, Sumsel.
Selain KSAD, hadir dan ikut memadamkan api adalah Panglima Kodam II/Sriwijaya Mayjen TNI Syarifudin Tippe, Asisten Keamanan Mayjen TNI Tono Suratman, Asisten Logistik Mayjen TNI Kardiono, serta Bupati OKI Ishak Mekky.
Hingga kemarin, sejumlah titik api yang terus menyala dan mengeluarkan asap tebal masih terlihat di Kabupaten OKI, terutama di sekitar Sungai Menang dan Teluk Selapan. Namun, kabut asap meluas hingga Kota Palembang. Kebakaran di Kabupaten Lahat dan Muara Enim sedikit terkontrol oleh turunnya hujan buatan, sedangkan di OKI sempat turun gerimis.
Di Kalsel, kebakaran masih marak pada semak belukar dan lahan gambut di perbatasan Banjarbaru dan Kabupaten Banjar. Padahal, kebakaran sudah berlangsung selama sepekan. Sekitar 20 mobil pemadam kebakaran dari Unit Bantuan Pemadam Kebakaran Rakyat dari Banjarmasin, Banjarbaru, dan Martapura dikerahkan.
Kebakaran di Kalimantan mengakibatkan jadwal penerbangan di Bandara Syamsudinnoor, Banjarbaru, diundur dari pukul 07.00 ke pukul 09.00.
Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya, Kalteng, tak bisa difungsikan akibat kabut asap yang mengganggu pandangan. Akibat lumpuhnya bandara, calon penumpang tujuan Jakarta dan Surabaya harus rela ke Banjarmasin, Kalsel, yang berjarak 200 kilometer dari Palangkaraya.
"Kebakaran di Sumsel ini merupakan kebakaran terparah setelah Kalimantan. Total lahan yang terbakar di Sumsel 55.815 hektar, terdiri atas lahan perkebunan besar 1.306 hektar, lahan hutan 19.000 hektar, dan lahan masyarakat 35.509 hektar. Kerugian akibat kebakaran dan lahan Sumsel saja sekitar Rp 130 miliar," kata Rachmat Witoelar.
Delegasi Malaysia dan Brunei Darussalam dalam sidang di Pekanbaru menyatakan akan membantu mengurangi kabut asap di Indonesia. Malaysia berjanji tak akan menerima kayu ilegal dari Riau dan menutup pintu masuk di Malaysia.
Malaysia memberi izin Pemerintah Indonesia untuk menangkap dan menahan pengusaha perkebunan Malaysia yang terlibat dalam pembakaran hutan dan lahan. Namun, mereka meminta Indonesia lebih serius meratifikasi penanganan bencana asap.
Friday, November 10, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment