Sabtu, 11 November 2006
Banjarbaru, Kompas - Pesawat amfibi Beriev BE 200 tergelincir saat mendarat di Bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Jumat (10/11). Pesawat dari Rusia itu disewa pemerintah untuk memadamkan kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan.
Kecelakaan terjadi pukul 15.05 saat pesawat mendarat dalam cuaca hujan lebat. Perut pesawat menyentuh tanah. Hingga pukul 18.00 pesawat masih di areal rumput, di ujung landasan pacu. Ke-12 awak pesawat, termasuk Kapten Pilot Serykh, selamat.
Pelaksana Operasi Tanggap Darurat Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB) di Kalimantan, Sugeng Triutomo, menyatakan, pesawat diduga terlalu maju (over shoot) saat menyentuh landasan (touch down). Akibatnya, pesawat amfibi itu tergelincir ke luar landas pacu.
Akibat kecelakaan itu, aktivitas di Syamsudin Noor terhenti selama dua jam. Kegiatan kembali normal pukul 17.00.
Indonesia menyewa dua pesawat BE 200 seharga 5,2 juta dollar AS—sekitar Rp 47 miliar. Pesawat yang tergelincir baru datang dari Sumatera, sementara yang lain telah tiga hari berada di Kalimantan. Kini pemadaman dengan bom air hanya dilakukan oleh satu pesawat.
Sasaran utama penyiraman adalah daerah lahan gambut yang terbakar, seperti di Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Sempat terjadi insiden ketika petugas di posko tanggap darurat Bandara Syamsudin Noor menyita satu kamera milik fotografer Banjarmasin Group, Doni Supandi, dan dua kamera milik Jacky, kontributor juru kamera ANTV, serta Fauzi dari Indosiar. Mereka dilarang mengambil gambar peristiwa kecelakaan itu.
Tidak mudah
Dalam upaya pemadaman kebakaran gambut di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, pesawat kesulitan mengambil air di perairan Bahaur Pulang Pisau di dekat lokasi kebakaran.
Pasalnya, ombak Laut Jawa di perairan itu setinggi dua meter. Tinggi gelombang maksimal untuk mengambil air 1,2 meter. Pesawat mengambil air di perairan Tabanio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sekitar 100 kilometer dari Bahaur.
"Makin jauhnya lokasi pengambilan air mengurangi frekuensi pengeboman air," kata Wakil Ketua I Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Kalimantan Tengah (Kalteng) Kolonel (Artileri) Budi Rachmat. Kondisi kedalaman sungai sebenarnya memadai, namun terlalu banyak tonggak kayu.
Kemarin pesawat memadamkan kebakaran di Pangkuh, sehari sebelumnya di Gohong Pulang Pisau yang dilakukan lima kali. Luas sekali guyur 3.000 meter persegi.
"Saat kabut asap tidak lagi mengganggu jarak pandang di Bandara Tjilik Riwut, posko pemadaman kebakaran lahan akan dialihkan ke Palangkaraya," kata Budi. Pelaksana Harian Bandara Tjilik Riwut, Usdek, menuturkan, "Saat ini jarak pandang masih 200-300 meter." Aktivitas penerbangan di Tjilik Riwut sebulan lebih lumpuh akibat kabut asap. (CAS/FUL/iam)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment