Senin, 13 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah dengan pesawat amfibi Beriev BE 200 terus berlanjut. Namun, pemadaman dari udara itu hanya berlangsung dari pagi hingga siang hari karena pada sore hari ombak laut di tempat pesawat itu mengambil air mencapai dua meter.
Pesawat itu mengambil air dengan cara meluncur di permukaan laut untuk memasukkan air ke dalam perutnya (fuselage). Pada Minggu (12/11) pagi, pemadaman dilakukan di daerah Gohong, Kabupaten Pulang Pisau, dan Pangkuh, Kabupaten Barito. Sedianya, pemadaman di dua daerah itu dilakukan Sabtu lalu.
"Tapi, ombak di perairan Tabonio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sangat besar. Itu menyulitkan pengambilan air," ungkap Kepala Bagian Pemberitaan dan Media Pers, Pemerintah Provinsi Kalteng, Ferdinand, Minggu.
Pengambilan air di perairan Bahaur, Kabupaten Pulang Pisau, juga masih belum dapat dilakukan karena ombaknya lebih besar dibandingkan di Tabonio. Padahal, Bahaur lebih dekat dengan lokasi-lokasi kebakaran.
Minggu pukul 06.30, operasi pemadaman dimulai dengan terbangnya helikopter dari Syamsudin Noor. Heli itu bertugas mendeteksi lokasi kebakaran di Gohong dan Pangkuh. Pemadaman kemudian dilakukan dengan pesawat BE 200.
Sehari sebelumnya, satu pesawat BE 200 tujuh kali mengebom kebakaran di Pangkuh. Berdasarkan pantauan, kabut asap di Palangkaraya terus menipis, apalagi pada sore kemarin turun hujan.
Belum dapat dipindahkan
Sementara itu, satu pesawat Beriev BE 200 yang mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, Sabtu lalu, hingga Minggu petang masih tergeletak dengan perut menyentuh tanah di lahan bersemak di ujung landasan pacu.
Pesawat beregistrasi 32765 itu adalah satu dari dua pesawat BE 200 yang disewa dari Rusia untuk memadamkan kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan. Menurut rencana, pesawat akan dipindahkan segera agar bisa diperbaiki. Namun, evakuasi belum bisa dilakukan karena salah satu alat, yakni kantong udara untuk mengangkat hidung pesawat, belum ada.
Di Syamsudin Noor, para kru pesawat dan petugas TNI AU masih terus menyiapkan proses evakuasi. Sugeng Triutomo, Pimpinan Operasi Tanggap Darurat Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan serta Asap dari Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana, mengatakan, kantong udara diupayakan diangkut dengan pesawat C 130 Hercules TNI AU dari Denpasar, Bali. "Kami usahakan pada Senin (13/11)," katanya.
Penyebab kecelakaan kini sedang diteliti Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sabtu lalu, empat petugas KNKT sudah berada di lokasi. "Kami tidak tahu apa hasilnya. Mereka kembali ke Jakarta untuk membahas sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut," kata Sugeng.
Ditambahkan, Indonesia tidak dirugikan dengan kecelakaan tersebut. Sebab, sewa dua pesawat senilai 5,2 juta dollar AS itu berdasarkan hitungan jam terbang, yakni 300 jam. (CAS/FUL) Senin, 13 November 2006
Pemadaman Api di Kalteng Berlanjut
Tingginya Ombak Hambat Operasi Beriev
Palangkaraya, Kompas - Pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Kalimantan Tengah dengan pesawat amfibi Beriev BE 200 terus berlanjut. Namun, pemadaman dari udara itu hanya berlangsung dari pagi hingga siang hari karena pada sore hari ombak laut di tempat pesawat itu mengambil air mencapai dua meter.
Pesawat itu mengambil air dengan cara meluncur di permukaan laut untuk memasukkan air ke dalam perutnya (fuselage). Pada Minggu (12/11) pagi, pemadaman dilakukan di daerah Gohong, Kabupaten Pulang Pisau, dan Pangkuh, Kabupaten Barito. Sedianya, pemadaman di dua daerah itu dilakukan Sabtu lalu.
"Tapi, ombak di perairan Tabonio, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, sangat besar. Itu menyulitkan pengambilan air," ungkap Kepala Bagian Pemberitaan dan Media Pers, Pemerintah Provinsi Kalteng, Ferdinand, Minggu.
Pengambilan air di perairan Bahaur, Kabupaten Pulang Pisau, juga masih belum dapat dilakukan karena ombaknya lebih besar dibandingkan di Tabonio. Padahal, Bahaur lebih dekat dengan lokasi-lokasi kebakaran.
Minggu pukul 06.30, operasi pemadaman dimulai dengan terbangnya helikopter dari Syamsudin Noor. Heli itu bertugas mendeteksi lokasi kebakaran di Gohong dan Pangkuh. Pemadaman kemudian dilakukan dengan pesawat BE 200.
Sehari sebelumnya, satu pesawat BE 200 tujuh kali mengebom kebakaran di Pangkuh. Berdasarkan pantauan, kabut asap di Palangkaraya terus menipis, apalagi pada sore kemarin turun hujan.
Belum dapat dipindahkan
Sementara itu, satu pesawat Beriev BE 200 yang mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru, Sabtu lalu, hingga Minggu petang masih tergeletak dengan perut menyentuh tanah di lahan bersemak di ujung landasan pacu.
Pesawat beregistrasi 32765 itu adalah satu dari dua pesawat BE 200 yang disewa dari Rusia untuk memadamkan kebakaran lahan di Sumatera dan Kalimantan. Menurut rencana, pesawat akan dipindahkan segera agar bisa diperbaiki. Namun, evakuasi belum bisa dilakukan karena salah satu alat, yakni kantong udara untuk mengangkat hidung pesawat, belum ada.
Di Syamsudin Noor, para kru pesawat dan petugas TNI AU masih terus menyiapkan proses evakuasi. Sugeng Triutomo, Pimpinan Operasi Tanggap Darurat Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan serta Asap dari Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana, mengatakan, kantong udara diupayakan diangkut dengan pesawat C 130 Hercules TNI AU dari Denpasar, Bali. "Kami usahakan pada Senin (13/11)," katanya.
Penyebab kecelakaan kini sedang diteliti Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sabtu lalu, empat petugas KNKT sudah berada di lokasi. "Kami tidak tahu apa hasilnya. Mereka kembali ke Jakarta untuk membahas sebab-sebab terjadinya kecelakaan tersebut," kata Sugeng.
Ditambahkan, Indonesia tidak dirugikan dengan kecelakaan tersebut. Sebab, sewa dua pesawat senilai 5,2 juta dollar AS itu berdasarkan hitungan jam terbang, yakni 300 jam. (CAS/FUL)
Sunday, November 19, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment