Sunday, November 19, 2006

KABUT ASAP

Jumat, 17 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Agar kabut asap tidak berulang, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah membentuk tim terpadu pencegahan, penindakan hukum, dan pemadaman kebakaran lahan serta hutan hingga tingkat kabupaten/kota. Tim bertugas menyuluh agar tidak ada lagi pembakaran lahan.

Tim itu beranggotakan dinas dan instansi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, TNI, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan juga lembaga swadaya masyarakat. Demikian diungkapkan Kepala Badan Pengelola dan Pelestari Lingkungan Hidup Daerah Kalimantan Tengah (BPPLHD Kalteng) Moses Nicodemus, Kamis (16/11).

Sebelumnya, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang berjanji memberi penghargaan kepada camat dan kepala desa yang mampu mencegah kebakaran lahan di wilayahnya.

Di Samarinda, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Kalimantan Timur Kusnadi Katam menyerukan agar sistem peringatan dini harus diperkuat.

Sistem informasi tentang kebakaran, seperti indeks kekeringan, cuaca, dan jumlah titik panas harus bisa diakses masyarakat. Sosialisasi dan kampanye antikebakaran harus dilakukan.

Di bidang pertanian, para penyuluh mengajak masyarakat meninggalkan metode penyiapan lahan dengan membakar. Mereka yang berubah perilakunya akan diberi kompensasi berupa bantuan pupuk dan alat pertanian.

Rektor Universitas Mulawarman Prof Dr Achmad Ariffien Bratawinata menegaskan, perlu aturan dan sanksi tegas tentang pengendalian kebakaran. Para pembakar yang sengaja berbuat harus dihukum.

Para pengusaha perkebunan/ kehutanan yang menggunakan pembakaran guna penyiapan lahan juga harus dihukum.

Sementara itu, pemadaman kebakaran di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) masih terus diupayakan karena masih banyak yang membara.

Kebakaran Gunung Mutis

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan NTT Silver Hutabarat menyesalkan kebakaran di kawasan Gunung Mutis di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Dikatakan, kebakaran itu bakal merusak seluruh lingkungan hidup di daratan Pulau Timor Barat.

"Kebakaran itu tidak hanya merusak habitat, termasuk keanekaragaman hayatinya, tetapi juga bakal menyebabkan banjir di empat kabupaten di bawah kaki gunung, yakni Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Belu. Beberapa tahun lalu terjadi banjir saat Sungai Benain-Noelmina meluap sehingga merenggut korban jiwa dan harta benda," kata Hutabarat. (CAS/BRO/HLN/KOR)

No comments: