Tuesday, November 14, 2006

Aktivitas Bandara di Kalsel Terhenti

Kamis, 02 November 2006

Banjarmasin, Kompas - Pergerakan pesawat di Bandar Udara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, hari Rabu (1/11) kemarin mulai pukul 11.00, terpaksa dihentikan. Hal ini akibat kabut asap terus menebal sehingga jarak pandang menjadi pendek, yakni hanya 100 meter hingga 200 meter.

Kemarin bandar udara (bandara) baru itu melayani pemberangkatan empat pesawat. Menurut Kepala PT Angkasa Pura I Bandara Syamsudin Noor, Munarto, keempat pesawat itu adalah milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia, Lion Air, dan Batavia Air—dengan tujuan Jakarta dan Surabaya—serta Trigana Air.

Setelah keempat penerbangan tersebut, aktivitas terpaksa dihentikan. Dua pesawat tujuan Jakarta milik Garuda Indonesia dan Lion Air tidak bisa lepas landas hingga pukul 14.00. Jadwal kedatangan pesawat yang menuju bandara itu pun ditunda, seperti yang dialami pesawat Adam Air dan Sriwijaya Air dari Jakarta serta Batavia Air dari Surabaya.

"Kegiatan baru bisa pulih kalau jarak pandang sudah benar-benar layak, baik untuk keberangkatan maupun kedatangan," kata Munarto.

Kabut asap juga membuat kota Banjarmasin gelap hampir sehari penuh. Beberapa sekolah bahkan harus menyalakan lampu dan memutar kipas angin dalam ruang kelas.

Di Kalimantan Timur (Kaltim), kabut asap juga membuat otoritas Bandara Temindung, Samarinda, membatalkan semua penerbangan perintis. Pasalnya, jarak pandang sekitar 1.000 meter hingga 2.000 meter, jauh di bawah jarak pandang ideal yang 5.000 meter.

Akibat pembatalan itu, penumpang yang hendak bepergian terpaksa pulang dengan kecewa. Hal ini juga mengakibatkan bahan makanan dan obat-obatan yang akan dijual di daerah pedalaman menjadi tertunda.

Bandara Temindung dengan landas pacu sepanjang 900 meter merupakan basis penerbangan perintis dan penopang angkutan barang dan bahan makanan untuk warga pedalaman.

Kepala Bandara Temindung, Bambang Darmawanto, mengatakan, penerbangan yang dibatalkan kemarin adalah penerbangan dengan tujuan Long Ampung (Malinau), Tanjung Redeb (Berau), dan Datah Dawai (Kutai Barat).

Sehari sebelumnya penerbangan ke Berau juga dibatalkan. "Pembatalan dilakukan demi keselamatan penumpang," ujar Bambang.

Asap masih mengepul

Dari Jambi dilaporkan, lahan dan hutan yang terbakar di Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Timur hingga kemarin masih mengepulkan asap. Meski demikian, jarak pandang di Jambi relatif baik, yakni lebih dari 2.500 meter. Aktivitas di Bandara Sultan Thaha pun normal.

Kepala Dinas Kehutanan Jambi Gatot Moeryanto mengemukakan, di beberapa lokasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih ada lahan yang terbakar. "Di sebagian besar wilayah Tanjung Jabung Barat hujan belum turun," katanya.

Lahan gambut hutan produksi dan hutan lindung yang terbakar secara besar-besaran sejak tiga bulan lalu adalah lahan bekas hak pengusahaan hutan (HPH) PT Rimba Karya Indah, HPH PT Putra Duta Wood, dan Taman Hutan Raya (Tahura) Sekitar Tanjung di Kabupaten Muaro Jambi.

Gatot menambahkan, Selasa lalu asap juga mengepul ke udara di bekas areal kebakaran di kawasan konservasi Taman Nasional Berbak (TNB).

Sudah 4.797 hektar

Sekretaris Pusat Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (Pusdalkarlahut) Jambi Frans Tandipauh menjelaskan, luas lahan dan hutan yang terbakar pada musim kemarau Juli hingga Oktober 2006 sekitar 4.797 hektar. Lahan itu terdiri atas kawasan hutan 2.375 hektar, areal perkebunan 1.280 hektar, dan lahan masyarakat 1.142 hektar.

Namun, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Pinang Sebatang Jambi Husni Thamrin memperkirakan, sejak Juli 2006 hingga kini luas lahan dan hutan yang terbakar di Jambi sudah mencapai lebih kurang 15.000 hektar. (FUL/RYO/BRO/NAT)

No comments: