Saturday, October 14, 2006

Udara Palangka Beracun

Rabu, 11 Oktober 2006 01:24:32

Palangka Raya, BPost
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kota Palangka Raya kian tak terkendali. Partikel udara di ibukota provinsi Kalteng itu sudah mengandung racun.

Kandungan mikron dalam udara kota Palangka Raya telah melampaui baku mutu atau batas yang diperkenankan. Indeks standar pencemaran udara (ISPU) partikel berukuran kurang dari 10 mikron (PM 10) tercatat di angka 679.

"Padahal, ISPU di angka 300 ke atas sudah masuk kategori berbahaya, yang secara umum merugikan kesehatan serius pada populasi," ungka Andre Manurung, kepala Laboratorium Lingkungan Kota Palangka Raya, Selasa (10/10). S

elama kabut asap terus menyaput kota, bisa dikatakan Palangka Raya tidak layak untuk hunian. Dua parameter kimia yang merupakan gas beracun sangat berbahaya, terkandung dalam udara yakni partikulat matter (PM 10) dan Karbon Monoksida (CO) yang berada atas ambang batas normal baku mutu udara.

Ambang batas baku mutu PM 10 ditetapkan 150 ug/m3, sementara yang terdekteksi melalui papan indeks mencapai 1.342.18 ug/m3. Sedangkan baku mutu CO ditetapkan 10 mg/m3, namun yang terdeteksi mencapai 19.12mg/m3. "Akibat kondisi itu, bila terlalu banyak menghirup udara yang tercemar akan berdampak menurunnya daya tahan tubuh, pusing, mual serta muntah-muntah," katanya.

Sejumlah warga Kota Palangka Raya mengaku pusing-pusing akibat menghirup udara dalam kondisi berkabut. "Saya merasa pusing jika berdiri di luar ruangan, terlebih bila tidak memakai masker," tutur Darto, seorang warga kota itu kepada BPost.

Selain pusing-pusing, dampak langsung akibat menghirup udara yakni terjadinya gangguan pernafasan. "Udara di Palangka sudah sangat tidak sehat lagi. Terbukti banyaknya pasien menderita ISPA," ungkap dr Rian Tangkudung, kepala Dinas Kesehatan setempat.

Hingga akhir September lalu, jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) di Palagka Raya mencapai 1.788 orang. Jumlah ini sudah masuk dalam status kondisi luar biasa (KLB) karena batasnya 1.700 orang.

Menyikapi kondisi yang terjadi di Kalteng ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalsel, dr M Isa SpP mengatakan jika racun dan konsentrat yang terkandung dalam asap itu bisa menjadi ‘bom waktu’ bagi yang menghirupnya.

"Dia bisa langsung terkena ISPA. Namun, yang paling berbahaya adalah dampak jangka panjang yang baru akan terlihat sekitar 10 hingga 15 tahun ke depan," katanya

Pemprov Kalteng sendiri sudah melakukan berbagai upaya termasuk dengan cara bom air. Meski demikian, hasilnya tidak maksimal. Kabut asap kian pekat sehingga jarak pandang pagi hari hingga siang hari hanya berkisar antara 20-30 meter.

Gubernur Kalteng A Teras Narang pun mengaku pusing memikirkan bencana kabut asap di daerahnya yang tahun ini sangat parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Segala cara telah kita lakukan, tapi hasilnya tidak memuaskan," ujar Teras yang mengaku beberapa kali dipanggil Wapres Jusuf Kalla terkait kabut asap di daerahnya.

Saat ini, Teras mengaku hanya pasrah dan berharap Tuhan segera menurunkan hujan sehingga asap segera menghilang dari daerahnya. Selain itu dia berencana membentuk tim terpadu para kepala daerah di Kalimantan.

"Kami akan mengundang tiga gubernur di Kalimantan untuk bersama-sama bekerjasama melakukan penanggulangan kebakaran sejak dini," ujarnya.Pendeknya jarak pandang menyebabkan Bandara Tjilik Riwut sejak tiga hari lalu lumpuh. Sejumlah maskapai penerbangan memilih menghentikan penerbangan untuk sementara waktu.

Bahkan, pesawat yang mengangkut Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar bersama rombongan Menteri Kerjasama Pembangunan Belanda, Agnes Van Ardhene, terpaksa mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin. Perjalanan rombongan ke Kalteng terpaksa dilanjutkan menggunakan jalan darat, sekaligus menyusuri kawasan yang dilanda kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan.

Rachmat ketika ditemui menyatakan masalah ini masih ditangani masing-masing provinsi. "Kebijakan gubernur sangat menentukan upaya penanggulangan masalah asap. Pemerintah terus mencari upaya terbaik mengurangi masalah itu," katanya. tur/niz/ck6

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: