Rabu, 11 Oktober 2006 01:24:53
Banjarmasin, BPost
Kebakaran lahan gambut di beberapa wilayah Kalimantan Selatan semakin sulit dipadamkan. Api tidak hanya melalap semak belukar di bagian permukaan, melainkan terus membara di dalam tanah.
Upaya pemadaman kebakaran oleh warga tidak mencapai hasil memuaskan. Sebaliknya, lokasi lahan-lahan gambut dan sawah tadah hujan terus terbakar.
Akibatnya, kebakaran itu menyebabkan asap besar seperti terlihat di Kecamatan Kertak Hanyar dan Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. "Kami kesulitan memadamkan api karena hanya dilakukan secara manual dan persediaan air sangat terbatas," keluh seorang warga.
Ambar Dwiyono, kepala BKSDA Kalsel juga mengakui kesulitan memadamkan kebakaran gambut dengan metode menyemprot bagian atas. "Cara terbaik adalah memakai pipa selang suntik berisi air yang dimasukkan ke dalam tanah, untuk bisa memadamkan api di bagian bawah gambut," paparnya.
Di Sampit, upaya Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan TNI Angkatan Udara membuat hujan buatan dengan menabur garam di awan comulunimbus kurang mendukung bagi operasional hujan buatan.
Hal ini karena suhu permukaan laut di barat Sumatera bagian selatan dan di selatan Jawa masih dingin, sehingga tak ada proses penguapan di wilayah tersebut.
Hingga kemarin siklon tropis di sekitar Filipina terus bergerak ke arah utara. Massa udara basah pun akhirnya tersedot ke arah Filipina. "Alhasil, atmosfer di sekitar Sumatera dan Kalimantan mengalami kekeringan termasuk Jawa," paparnya.
Di Kalimantan Barat dan Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, BPPT sudah menerapkan teknologi berbasis sofware bernama Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK).
Dengan SPBK, asap diyakini lebih minimal terjadi. Karena upaya pembakaran lahan sudah dapat dideteksi sejak awal, sehingga upayanya lebih kepada langkah preventif atau pencegahan. mgb/niz/kcm
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Saturday, October 14, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment