Rabu, 04 Oktober 2006 Pontianak, Kompas - Kabut asap mengganggu aktivitas penerbangan pada beberapa bandara di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Di Bandara Supadio Pontianak Kalimantan Barat, jadwal penerbangan pada Selasa (3/10) pagi kembali ditunda seperti hari sebelumnya.
Jarak pandang di Supadio berkisar 100-300 m Selasa (3/10) pagi. Untuk pendaratan butuh jarak pandang minimal 800 m.
"Sriwijaya Air yang pertama mendarat pada pukul 09.00 (tertunda dua jam-Red)," ujar Kepala Cabang Angkasa Pura Bandara Supadio, Syamsul Bachri, Selasa kemarin. Aktivitas penerbangan baru kembali normal siang hari.
Di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya Kalimantan Tengah jarak pandang sempat 10 m di pagi hari.
Jumlah titik panas di Kalteng Senin (2/10) adalah 1.860 titik. Data dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) Dinas Kehutanan Kaltim ada delapan titik panas awal bulan ini.
Tabrakan kapal
Di Sumatera kabut asap di jalur Sungai Musi di Kota Palembang, Sumsel menyebabkan kapal kontainer Island Coral menubruk kapal tongkang keruk yang ditambatkan di tepi Sungai Musi di Kelurahan Plaju Ilir, Palembang, Selasa (3/10), pukul 05.45, namun tak ada korban jiwa.
Sementara Menteri Kehutanan MS Kaban, di Palembang kemarin mengatakan, persemaian awan untuk hujan buatan belum dapat dilakukan di Sumsel karena cuaca terik.
Di perairan Selat Bangka, kabut asap meluas dari Mentok hingga ke Tempilang dan Jebus—berjarak sekitar 40 km. Para nelayan membatalkan pelayaran karena jarak pandang di laut hanya sekitar 250 meter. Kabut paling pekat malam dan dinihari yang bisa sebabkan kecelakaan.
Kabut asap membuat jumlah penderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terus meningkat di Kalimantan Selatan (Kalsel). Juni lalu, penderita ISPA 14.651 jiwa, dan Juli 16.046. Diperkirakan sekitar 700 warga terkena ISPA setiap hari di Kalsel.
Kebakaran lahan
Di Pekanbaru, Badan Meteorologi dan Geofisika Pekanbaru mencatat 574 titik api berdasarkan pantauan Satelit NOAA 12, Selasa (3/10). Kebakaran hutan dan lahan terjadi di Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, dan beberapa provinsi lain.
Khusus di Riau, intensitas kebakaran di provinsi ini menurun drastis awal pekan ini. Kemarin jumlah titik api tinggal satu. Sebanyak 573 titik api masih ada di Lampung, Sumatera Selatan, dan Jambi yang merambah ke kawasan Taman Nasional Berbak atau TNB di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kebakaran yang melanda Taman Hutan Raya (Tahura) Sekitar Tanjung, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, sepekan ini tidak padam.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang Syaidina Ali, mengatakan, jarak pandang di jalur perairan pada pagi hari selama sepekan ini memang sangat terbatas, sekitar 50-100 meter, dan berbahaya untuk pelayaran. Jika ada benda atau kapal lain yang muncul dari arah berlawanan secara tiba-tiba, kapal akan sulit mengelak dengan cepat.
"Kami mengimbau, pengemudi kapal untuk menghindari perjalanan di perairan sejak malam sampai pukul 10.00 pagi. Pelayaran lebih berbahaya bagi kapal cepat dan ketek yang tidak mengeluarkan lampu atau sinyal," katanya.
Hujan buatan sulit
Menurut Kaban, luas lahan yang terbakar di Sumsel merupakan yang kedua terluas setelah Kalimantan Tengah. Untuk itu, pemadaman kebakaran untuk sementara diupayakan dengan mengerahkan bom air, pasukan manggala agni, pengerahan regu desa.
Selubung asap di Palembang dan sekitarnya masih pekat hingga Selasa. Jarak pandang di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang kembali memburuk. Pada pukul 06.00, jarak pandang di bandara hanya 300 meter, dan menjelang pukul 07.00 berangsur menjadi 600 meter.
Hingga Selasa pukul 16.00, Satelit Terra Modis mencatat 60 titik api di Sumsel yang tersebar di tujuh kabupaten/kota. Kebakaran di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mencapai 60 persen dari total luas kebakaran di Sumsel, tersebar tidak hanya di lahan masyarakat dan areal transmigrasi, melainkan di lahan konsesi perkebunan milik beberapa perusahaan, serta hutan tanaman industri milik PT Sebangun Bumi Andalas.
Kaban menargetkan kebakaran di kawasan itu dipadamkan dalam waktu seminggu, dengan mengerahkan pasukan Manggala Agni, 200 regu pemadam kebakaran di desa, dan pekerja-pekerja dari PT SBA.
"Saya minta polisi memeriksa seluruh pemilik perusahaan perkebunan di lahan konsesi yang terbakar. Pemilik perkebunan harus bertanggungjawab terhadap kebakaran itu, karena Undang-undang Perkebunan melarang kebakaran di lahan konsesi," kata Kaban.
TN Berbak terbakar
Keanekaragaman hayati dan plasma nutfaf kawasan hutan rawa basah (wetland) itu terancam terdegradasi.
"Saya sangat prihatin dengan adanya kebakaran di kawasan konservasi TNB dan segera diupayakan pengendaliannya berkoordinasi dengan Balai TNB," kata Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Jambi, Murjani Ahmad, Selasa (3/10).
Menurut Murjani, satelit NOAA pada Senin (2/10) lalu memantau masih ada 30 titik api di Jambi. Lima titik di antaranya berada di kawasan TNB.
Sebaran titik api lainnya adalah, tiga titik di Tahura Sekitar Tanjung, empat di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT Diera Hutani Lestari (DHL), Kabupaten Muaro Jambi. Empat titik lainnya masing-masing dua di perkebunan kelapa sawit PT Sawit Desa Makmur, satu di PT Rickim Mas RP, dan satu di lahan masyarakat.
Di Kabupaten Tebo, delapan titik api tersebar di hutan produksi eks HPH PT IFA dan lahan masyarakat. Lainnya di Sarolangun (2), Tanjung Jabung Barat (1), dan dua titik di lahan masyarakat di Tanjung JAbung Timur.
Karena asap tebal masih menyelimuti, jarak pandang di Kota Jambi pagi hingga pukul 09.30 hanya 100 meter, sehingga gangguan penerbangan dari dan ke Bandara Sulthan Thaha Jambi masih terjadi. Pada Selasa kemarin, dari tujuh penerbangan Jakarta-Jambi-Jakarta hanya empat yang berlangsung, sementara tiga penerbangan batal.
Adapun Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berada pada angka 125, yang berarti udara dalam kondisi tidak sehat.
2.700 ha terbakar
Murjani menyebutkan, sejak awal Agustus hingga akhir September 2006 lalu diperkirakan lebih 2.700 hektar lahan dan hutan di Jambi yang telah terbakar. Dengan terbakarnya TNB, HTI PT DHL dan belum padamnya kebakaran di Tahura Sekitar Tanjung, diperkirakan luas kawasan lahan dan hutan yang terbakar semakin luas.
"Tiga regu Manggala Agni sudah satu pekan berada di lapangan memadamkan api," kata Sekretaris Pusat Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (Pusdalkarlahut) Jambi, Frans Tandipau.
Di Mentok meluas
Kadar karbondioksida dari asap yang semakin pekat di Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, sudah melewati ambang batas sehingga membahayakan kesehatan. Asap juga meluas ke Kecamatan Tempilang dan Jebus, serta mengganggu aktivitas pelayaran di Selat Bangka.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Bangka Barat Ahmad Syarifudin, Selasa, kepekatan asap dan kadar karbondioksida yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pernafasan bagi anak-anak dan di masa depan dapat menimbulkan radang paru-paru bagi masyarakat umum.
Pengamatan menunjukkan, kabut asap sudah masuk ke dalam rumah-rumah penduduk sehingga tidak ada lagi tempat yang aman dari asap. Kondisi itu menyebabkan banyak balita yang mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Ahmad mengatakan, untuk mencegah dampak kesehatan yang lebih luas, Dinas Kesehatan sudah mengajukan anggaran untuk membeli masker penutup hidung dan mulut. Masker itu akan segera dibagikan kepada masyarakat secara gratis.
Semua kendaraan di jalan terpaksa pula melaju pelan dan menyalakan lampu, karena cahaya matahari tertutup asap. Jarak pandang kurang dari 100 meter. (RYO/CAS/BRO/FUL/NEL/IAM/MUL/ECA/NAT/LKT)
Saturday, October 21, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment