Minggu, 01 Oktober 2006
Banjarmasin, Kompas - Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (30/9) pagi, gelap selama dua jam karena diselimuti kabut asap. Hal itu akibat adanya pembakaran sawah tadah hujan dan belukar yang belakangan ini marak di pinggiran kota. Sebelumnya, kabut asap hanya menerpa pinggiran kota seribu sungai itu. Kondisi ini sudah berlangsung sejak sepekan lalu.
Asap pekat itu kemarin menyelimuti seluruh penjuru Kota Banjarmasin hingga pukul 07.00.
Jarak pandang hanya berkisar 100 hingga 500 meter. Kabut asap mulai reda pada pukul 07.30.
Kompas memantau, beberapa mobil pemadam kebakaran dari Banjarmasin dikerahkan untuk memadamkan api pada lahan sawah tadah hujan dan semak belukar di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, yang bertetangga dengan Banjarmasin. Kebakaran semak di Kilometer 15 Jalan Ahmad Yani, yang menghubungkan Banjarmasin-Banjarbaru, bahkan menjalar hingga ke tepi jalan.
Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah petani di daerah tersebut memang mulai membakar lahan mereka. Hal itu mereka lakukan dalam rangka menyiapkan sawah untuk menghadapi musim tanam berikut.
Menurut Akhmad Rijali Saidy, dosen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, pengolahan lahan dengan membakar dilakukan petani karena mereka berpikir cara itu paling mudah dan murah. Hanya saja, sawah tadah hujan mereka semula adalah lahan gambut.
Akibatnya, pembakaran lahan juga menghasilkan asap yang tebal. Akhmad menambahkan, asap semakin banyak bila yang dibakar adalah lahan yang sudah lama tidak digarap.
"Kalau tidak ada upaya yang konsisten untuk mengubah perilaku dan kebiasaan bertani ke arah yang lebih baik, setiap tahun Banjarmasin akan diserbu asap tebal," kata Akhmad.
Kebakaran hutan hebat antara lain terjadi di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di Kabupaten Banjar Baru, Jumat lalu.
Menyebar
Di Sumatera Selatan, asap tebal selain menyelimuti Kota Palembang, juga muncul di sejumlah kabupaten/kota. Asap bahkan menyebar hingga ke sebagian ruas jalan lintas timur dan jalan lintas tengah Sumatera. Hingga kemarin siang, pembakaran lahan juga masih marak di sejumlah daerah.
Berdasarkan pantauan Kompas, sekitar pukul 12.00 kabut asap terus menyelimuti sebagian kawasan Kabupaten Muara Enim, Kota Prabumulih, Kabupaten Ogan Ilir, sampai Kota Palembang. Kabut itu meluas sampai ke jalan lintas tengah dari Kecamatan Gelumbang, Muara Enim, sampai ke Ogan Ilir sepanjang sekitar 146 kilometer.
Yudi, pengemudi angkutan Sinar Dempo, mengeluhkan pekatnya asap sehingga menyebabkan mata perih. Meskipun seluruh kaca kendaraan telah ditutup, kabut asap itu masih merembes ke dalam kendaraan sehingga mengganggu pandangan. "Kenapa sih persoalan kabut asap selalu susah diatasi setiap tahun?" keluhnya.
Dari Jambi dilaporkan, kebakaran hutan lindung Taman Hutan Raya Tanjung di Kabupaten Muaro, yang sudah berlangsung selama tiga hari, hingga kemarin belum teratasi. Api di kawasan hutan produksi eks hak pengusahaan hutan PT Rimba Karya Indah, di kabupaten yang sama, pun belum bisa dipadamkan.
Akibat kondisi seperti ini, pesawat Sriwijaya Air, yang menurut jadwal mendarat pada pukul 08.10 WIB, baru bisa mendarat di Bandar Udara Sulthan Thaha sekitar pukul 11.30 WIB atau molor lebih dari tiga jam.
Di Pekanbaru, papan penunjuk indeks standar polusi udara (ISPU) di depan Kompleks Perkantoran Wali Kota Pekanbaru, Riau, selama dua hari terakhir menunjukkan udara di kota itu tidak sehat. Hal ini berkaitan dengan pembakaran lahan di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung. (FUL/LKT/NAT/NEL)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment