Kamis, 28 September 2006 02:41:05
Jakarta, BPost
Luberan lumpur PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur terus menimbulkan masalah. Setelah melumpuhkan ruas jalan tol Surabaya-Gempol, giliran jalur lintasan kereta api digerus lumpur panas itu.
MELENGKUNG - Rel kereta api melengkung sepanjang sekitar 10 meter dan bergeser ke arah barat di km 32.9 Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (27/9).
Sejumlah kereta api jurusan Malang-Banyuwanyi atau sebaliknya, Rabu (27/9) tak bisa melintas akibat rel mengalami pemuaian dan bengkok sepanjang 40 meter. Selain cuaca panas, bengkoknya rel kereta api di kawasan kawasan Porong ini dikarenakan struktur tanah melembek akibat resapan air lumpur. Maklum saja, jalur kereta itu hanya berjarak 10 meter dari tempat penampungan lumpur.
Mengantisipasi terulangnya hal serupa, Menteri Perhubungan Hatta Radjasa menyiapkan rencana mengalihkan jalur kereta api. Kereta Surabaya-Malang akan dialihkan melalui Mojokerto, Kertosono, dan Blitar. Sedangkan kereta ke Banyuwangi diputar melalui Mojokerto, Mojosari, Kejapanan, dan Bangil.
"Itu jika kondisinya benar-benar buruk. Jika rel kereta api di kawasan itu tidak lagi bisa dilalui karena terendam lumpur," kata Hatta.
Kepala Seksi Perawatan Rel, Jalan dan Jembatan Daops VIII Surabaya, Slamet Suwarso mengatakan rembesan air lumpur telah mempengaruhi pergeseran bantalan pada rel. "Belum lagi cuaca panas juga menyebabkan rel memuai dan menjadi bengkok," ujarnya.
Dari pantauan BPost, malam tadi sejumlah kereta sudah bisa melintasi kawasan tersebut setelah rel yang bengkok diperbaiki. KA Panataran dari Surabaya ke Blitar, misalnya, berhasil melintas meski pelan-pelan.
Relokasi Warga
Dalam rapat kabinet, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta 2.983 warga yang tinggal di wilayah genangan lumpur segera direlokasi, karena kawasan tersebut tidak layak lagi sebagai tempat hunian. "Selain tentunya harus ada juga ganti rugi yang wajar untuk warga," katanya.
Yudhoyono pun menetapkan daerah seluas 400 hektare yang tergenang lumpur di Kecamatan Porong, Sidoarjo, sebagai kawasan rawan bencana. "Oleh sebab itu masyarakat yang berada di situ, perlu dimukimkan kembali," kata Yudhoyono sebagaimana disampaikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Pemkab Sidoarjo sendiri telah menyiapkan lahan di Porong Barat untuk tempat pemukiman baru. Namun, tidak tertutup kemungkinan dicari lokasi lain yang disesuaikan keinginan warga. Semua biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan penduduk hingga pemindahan fasilitas infrastruktur ditanggung PT Lapindo.
Selain itu, Yudhoyono juga meminta upaya penghentian semburan lumpur tetap diteruskan. Soal pembuangan lumpur, dia menyetujui pembuangan lumpur ke laut melalui aliran Kali Porong.
"Paling lambat awal pekan depan, lumpur Lapindo Brantas mulai dibuang ke laut," kata Bupati Sidoarjo Win Hendrarso yang juga mengikuti rapat kabinet di kantor Presiden itu.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang semula menolak, telah memberikan persetujuannuya.
"Dulu volumenya 1.150 ribu m2, sekarang sudah delapan juta m2. Jadi lain urusannya. Setelah masyarakat aman, kita pikirkan lingkungan," ujar Menneg LH, Rachmat Witoelar.
Basuki Hadimuljono selaku ketua Timnas Penanggulangan Semburan Lumpur menambahkan pembuangan lumpur ke laut dan sungai sedikit banyak menimbulkan dampak ekologis. Tapi efeknya tidak sebesar yang ditakutkan. "Lumpur dan airnya tidak mengandung B3 (bahan beracun berbahaya)," ujarnya.
Kemarin, 17 gelembung baru muncul di kolam penampungan lumpur (pond) A, di Desa Siring, Porong, bersebelahan dengan lokasi relief well yang terletak di Jalan tol Gempol-Surabaya Km 38.
Belum diketahui penyebab munculnya gelembung-gelembung tersebut. Dari pantauan. 17 gelembung yang berada di kolam penampungan itu dua di antaranya merupakan gelembung besar. Sisanya, 15 gelembung kecil dengan jarak sekitar 4-5 meter dari pusat semburan.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menyetujui langkah pembuangan lumpur ke laut. Alasannya, saat ini status Sidoarjo sudah masuk kategori tenggelam.
"Sudahlah, memang harus dibuang ke laut. Sebentar lagi hujan, bagaimana kalau itu sampai terlambat. Apalagi, banyak yang menyatakan, kandungan lumpur tak membahayakan," kata Edi Sunardi, ketua Tim Investigasi Penanganan Lumpur Sidoarjo dari IAGI.
Manager Eksplorasi PT Lapindo, Bambang Istadi mengatakan Lapindo tak bisa dijadikan pihak paling bertanggungjawab atas masalah ini. Sebab, lokasi terjadinya semburan berada pada jarak beberapa ratus meter dari titik pengeboran. JBP/yat/tof/kcm/dtc/mi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, October 13, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment