Jumat, 29 September 2006 02:15:00
Sidoarjo, BPost
Pemerintah berencana merelokasi warga yang rumahnya terendam luberan lumpur PT Lapindo Brantas. Namun, keinginan itu ditolak ramai-ramai oleh warga. Mereka menilai hal itu bukan solusi. Yang diharapkan adalah, Lapindo membeli tanah dan rumah mereka yang hilang ditelan lautan lumpur
"Yang diinginkan semua warga, Lapindo membeli tanah dan rumah kita. Dari uang tersebut, kita akan memilih sendiri rumah baru nanti. Kita khawatir, kalau relokasi ke tempat baru tidak sesuai dengan keinginan kita.
Apalagi bila tempat relokasi yang baru tidak strategis. Kita mending beli rumah sendiri sesuai keinginan kita," ujar Ny Sunarti, warga RT 13 RW 03, Desa Siring, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (28/9).
Rata-rata para korban ini mematok harga Rp5 juta per meter persegi bagi tanah mereka. "Itu belum termasuk rumah atau kerugian lain," kata Ny Sunarti.
Relokasi warga atau bedol desa ini juga mendapat penolakan warga di Desa Renokenongo. Jumadi, warga RT 09 RW 04 Renokengono menolak bila pemerintah mengambil kebijakan relokasi atau bedol desa.
"Warga sudah cukup menderita. Harapan kami, tanah dan rumah kami segera dibeli, dan kami bisa mencari tempat tinggal baru sesuai keinginan kita. Bukan dengan relokasi yang belum tentu sesuai keinginan kita," kata Jumadi.
Tentang pembuangan air lumpur ke Kali Porong dan dialirkan ke laut, sebagian besar warga Desa Siring, Mindi, Renokenongo dan Besuki Kecamatan Porong setuju dengan rencana tersebut karena bila tidak segera dilakukan pembuangan, warga khawatir desa mereka akan kebanjiran akibat luapan lumpur karena terkena air hujan.
Namun, hal ini menimbulkan persoalan lain yakni permintaan ganti rugi dari ratusan petambak ikan di 7 kecamatan di Sidoarjo menjadi was-was. Petambak khawatir limbah lumpur mematikan hasil tambaknya.
Terdapat sekitar 23 ribu hektare tambak di Sidoarjo yakni 15 ribu hektare di Kecamatan Waru, Kecamatan Sedati, Kecamatan Buduran, Kecamatan Candi, Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Porong, dan Kecamatan Jabon. Sisanya, berada di sepanjang Sungai Porong.
"Kita kecewa atas kebijakan membuang lumpur ke laut, karena sama sekali kita tidak pernah dimintai urun rembuk," ujar Sekretaris Paguyuban Kelompok Petambak Tradisional Sidoarjo, Iwan Hamzah.
Tiga Lokasi
Menyikapi upaya relokasi, Pemkab Sidoarjo telah menyiapkan tiga wilayah, yakni di Porong Barat, Tanggulangin dan Kecamatan Candi. Relokasi bagi warga korban lumpur Lapindo meliputi seluruh infrastruktur, sarana dan prasarana serta interaksi sosial ke lokasi yang baru. "Bahkan kalau di sana ada makam, ya kita pindahkan sekalian," kata Bupati Sidoarjo, Win Hendrarso.
Mengenai model ganti rugi meliputi dua hal. Pertama, warga mendapat penggantian tanah dan rumah baru dengan semua infrastruktur yang ada sebelumnya. Kedua, rumah atau tanah yang dibeli dengan uang kontan dan biarkan warga mencari tempat sendiri.
Menyinggung rencana transmigrasi bagi korban lumpur, Wien menolak dengan keras. Pasalnya, mereka sebagian besar bukan golongan orang miskin.
"Selain tidak pernah diajak bicara permasalahan program pemindahan ini, kami benar-benar tidak setuju dengan adanya rencana transmigrasi karena warga kami bukan orang yang tidak mampu atau pengangguran," tegasnya.
Berdasarkan data Media Center PT Lapindo, jumlah warga yang terkena dampak langsung semburan lumpur panas mencapai 11.974 jiwa atau 3.022 kepala keluarga. Sedang yang terkena dampak tidak langsung diperkirakan sekitar 1.500 kepala keluarga. dtc/kcm
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, October 13, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment