Wednesday, October 18, 2006

Kabut Asap: Koloid Yang Berbahaya

Senin, 18 September 2006 00:42

Oleh : Amrullah
Mahasiswa MIPA Kimia Unlam

Beberapa hari terakhir ini kita merasakan kabut asap yang menyebar terutama di pagi hari. Tidak dapat kita pungkiri, kabut asap tersebut sangat mengganggu terutama sekali pada jarak pandang ditambah baunya yang tidak enak. Sadar atau tidak, setiap hari kita menghirup kabut asap tersebut yang sebenarnya sangat berbahaya bagi sistem pernafasan kita.

Kabut asap muncul sebagai akibat pembakaran lahan. Menurut data Dinas Kehutanan Kalsel, berdasarkan hasil pantauan Satelit National Oceanic Atmospheric and Administration (NOAA), hingga Agustus 2006 tercatat 313 titik api muncul di wilayah Kalsel. Termasuk 21 titik api di wilayah kota Banjarbaru yang sebagian besar berada di sekitar Bandara. Titik api tersebut, muncul akibat semakin meningkatnya kegiatan pembersihan lahan dengan cara membakar yang kerap merembet ke kawasan semak belukar.

Asap merupakan suatu keadaan senyawa yang bersifat koloid. Ketika terjadi pembakaran lahan, biasanya yang dibakar adalah bahan organik seperti pepohonan ataupun semak belukar. Hasil dari pembakaran ini, besar kemungkinan menghasilkan suatu zat yang lazim ditemui sebagai hasil pembakaran yaitu karbon dioksida (CO2). Senyawa CO2 ini biasanya berwujud gas dengan volume yang cukup besar, tergantung proses pembakaran lahan yang terjadi. Asap merupakan salah satu contoh koloid jenis aerosol padat.

Sedangkan aerosol padat merupakan koloid yang terdiri atas dua fase, yaitu fase pendispersi gas dan fase terdispersi padat. Dispersi dalam hal ini dapat diartikan sebagai sebaran (contoh terdispersi = tersebar).

Adanya kabut asap dipengaruhi oleh suhu. Oleh karena itu, pada pagi hari kita sering menjumpai kabut asap. Fenomena seperti ini merupakan salah satu sifat aerosol padat, yaitu gerak Brown. Penamaan gerak Brown karena hal ini pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858). Gerak Brown merupakan suatu gerakan acak atau tidak teratur dari suatu partikel koloid ke segala arah (biasanya zigzag).

Partikel koloid memiliki ukuran yang sangat kecil, bahkan relatif sulit diamati oleh mata telanjang. Ukurannya berkisar antara 10-9m (satu per miliar) hingga 10-6m (satu per sejuta). Semakin kecil partikel asap tersebut, maka akan semakin cepat gerak Brownnya. Demikian pula sebaliknya.

Kalau diamati, kabut asap umumnya kita jumpai pada pagi hari. Hal ini disebabkan, pada pagi hari suhu udara relatif rendah (dingin) sehingga gerak Brown dari partikel asap (koloid) menjadi lambat. Maka dari itu timbul kabut yang tidak lain adalah kumpulan asap. Seiring dengan hadirnya sinar matahari, maka suhu juga semakin naik (makin panas) akibatnya kabut asap mulai hilang karena gerak Brown partikel asap semakin cepat. Dengan naiknya kecepatan gerak Brown maka partikel asap tersebut tidak lagi terkondensasi, tetapi benar-benar terdispersi (tersebar).

Bahaya Kabut Asap

Banyak hal yang telah dilakukan untuk menghindari kabut asap. Misalnya, dengan menggunakan masker. Meskipun hal ini tidak terlalu efektif karena kadangkala masker yang dibagikan gratis tidak mampu menyaring partikel asap (koloid) yang begitu kecil, sehingga secara tidak sadar tetap saja kita terhirup udara berasap. Penyakit seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu contoh akibat terhirup asap. Selain penyakit, kabut asap kerap menjadi penyebab laka lantas karena terbatasnya jarak pandang.

Memang banyak hal yang dilakukan pemerintah untuk menangani kasus pembakaran lahan secar ilegal, seperti sanksi berat. Tetapi apakah hal ini efektif? Jawabannya, dapat kita buktikan setiap pagi hari ketika keluar rumah. Yang kita lihat saat ini adalah jawaban dari hal pertanyaan tersebut.

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: