Wednesday, October 18, 2006

Jarak Pandang Kian Pendek

Minggu, 15 Oktober 2006 02:03:30

Sampit, BPost
Masalah kabut asap di Kalimantan dan Sumatera tak kunjung terselesaikan. Di Kalimantan, kondisi terparah terjadi di kota Sampit, Kalimantan Tengah.

Minggu (15/10), kabut asap kian tebal memayungi kota ini. Terlebih kebakaran lahan gambut yang terjadi di ruas jalan Trans Kalimantan poros selatan dalam beberapa hari terakhir, belum juga berhasil dipadamkan.

Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Kota Waringin Timur, namun karena luasnya kebakaran dan minimnya peralatan, kebakaran belum teratasi. Jarak pandang pun kian pendek. Bahkan di pagi hari, maksimal hanya lima meter.

Kesulitan pemadaman kebakaran lahan gambut juga terjadi di Kalsel. "Kalau kebakaran terjadi di dekat jalan mungkin masih bisa kita tanggulangi. Namun, jika terjadi di tengah hutan galam yang jaraknya 500-an meter dari jalan, kita pasti kesulitan.

Medannya berat, sehingga mobil BPK tidak bisa mendekat. Selang kita juga sangat terbatas," tutur Camat Gambut Abdul Razak.

Sedang di Sumatera, ketebalan kabut asap di beberapa bagian Kota Palembang mulai menipis. Ketebalan kabut asap mencapai 350 meter. Kondisi ini berbeda dengan aliran Sungai Musi. Kabut asap di kawasan ini masih tergolong pekat.

Jarak pandang mencapai 100 hingga 150 meter. Akibatnya, aktivitas perairan di kawasan ini sedikit terganggu. Banyak nelayan tidak melaut.

Di Jambi, ratusan warga menggelar Shalat Istisqa (mohon hujan). Di provinsi ini, aktivitas penerbangan terus terganggu. Penundaaan dan pembatalan jadwal sering dilakukan. Bahkan, Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin menyatakan tidak sanggup untuk menyetop kabut asap dalam jangka waktu terbatas. Sebab, sarana dan prasarana yang dimiliki tidak memungkinkan untuk mengatasi kondisi di lapangan

Kondisi sama dialami Kota Pekanbaru, Riau. Jarak pandang maksimal hanya 400 meter. Kabut asap ini bukan hanya berasal dari asap kiriman dari provinsi tetangga, namun juga berasal dari kebakaran hutan di kawasan tersebut. Berdasarakan pantauan satelit NOAA, sedikitnya terdapat tujuh titik api di Provinsi Riau.

Tidak hanya di dua pulau itu saja. Di Sulawesi, kebakaran yang terjadi di sejumlah lahan yang berada di dekat permukiman penduduk di Jalan Poros Ondonohu, Kecamatan Poasia, Sulawesi Tenggara, membuat warga panik.

Untuk ikut mengatasi masalah ini, sekitar 1.000 personel TNI-AD dikerahkan. Mereka difungsikan untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Sepucuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel.

Selain itu, sekitar 3.000 personel juga diterjunkan untuk memadamkan kebakaran lahan gambut di Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng. KSAD Jenderal TNI Joko Santoso ikut memantau langsung upaya ini.

Adil

Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Malaysia bersikap adil menghadapi bencana kabut asap yang dialami Indonesia dan berdampak di beberapa wilayah di Malaysia. Kalla minta Malaysia tidak hanya mau enaknya saja.

"Soal asap, oksigennya hutan Kalimantan dan Sumatera juga membahagiakan Malaysia. Kalau ingin baiknya, tentu juga kadang-kadang kalau ada yang tidak baik dia rasa juga," ujarnya di Jakarta.

Malaysia dan Singapura memang bersuara keras dalam masalah ini. Mereka menilai Indonesia lamban menanganinya. Karena penilaian itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah Indonesia telah meminta maaf.

Sebelumnya, dalam pertemuan setingkat menteri lingkungan hidup se-Asia Tenggara, disepakati semua negara maju bersama memeranginya. "Kebakaran hutan dan lahan memang meluas, sepanjang Januari-Oktober 2006. Di seluruh wilayah Indonesia ditemukan 9.335 titik api. Data dari Departemen Kehutanan, hampir 35.000 hektar hutan dan lahan di Indonesia ludes terbakar," kata Menneg LH Rahmat Witoelar.

Rahmat juga mengungkapkan, polisi telah menangkap lebih dari 300 pelaku dan sedikitnya delapan perusahaan perkebunan telah diperiksa guna diproses secara hukum. dtc/tnr/kcm/mic

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: