Selasa, 17 Oktober 2006 01:05:52
Banjarbaru, BPost
Ancaman kabut asap makin mengancam kesehatan warga Kalimantan Selatan. Pengukuran Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Kalseltengtim di Banjarbaru, menunjukkan level berbahaya.
Rendahnya mutu udara langsung terasa bagi warga Kalsel, terutama warga Gambut hingga Landasan Ulin. Dilaporkan, grafik penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kota Banjarbaru meningkat tajam.
Sekurangnya 1.369 warga Banjarbaru tercatat menderita gejala ISPA seperti influenza dan pnemonia dan sesak nafas selama September hingga Oktober.
Akibat kotornya udara di daerah ini, satu unit alat penangkap Partikuler Mikron 10 (PM 10) dan Asessment Polutan Monitoring (APM) rusak. Alat milik BTKL PPM yang mengukur kualitas udara dan ditempatkan di stasioner Puskesmas Pramuka ini, jebol dan sementara tak dapat difungsikan.
I Ketut Winasa, Kepala BTKL PPM di Banjarbaru, menerangkan kategori ISPU yang masih bisa ditangkap oleh alatnya hanya yang ditempatkan di stasioner Puskesmas Landasan Ulin.
"Kita akhirnya hanya mengukur yang di Landasan Ulin, karena yang di Banjarmasin alatnya rusak. Karena udara kotor, filternya selalu diganti-ganti dan akhirnya tak dapat berfungsi lagi. Udaranya sudah masuk kategori berbahaya," tandasnya.
Ketut yang didampingi Hamidi, Kepala TU BTKL PPM, merincikan sejak pengukuran 13 September hingga Selasa (17/10), lonjakan grafik ISPU cukup signifikan. PM 10 sebagai parameter kritis kualitas udara mencapai hingga enam kali lipat lebihnya dari batas ISPU berbahaya yang sebesar 300.
Pengukuran berbahaya terutama terjadi sejak Rabu (11/10) hingga Minggu (15/10). Pada rentang waktu tersebut terekam ISPU Kalsel terutama di Landasan Ulin yang mengalami kepekatan kabut asap sangat tinggi di Kalsel mencapai level tertinggi 1.600 (tabel di bawah). Padahal sebelumnya, PM 10 masih menunjukkan posisi kritis dengan posisi antara 150 dan maksimal 286.
Melihat kondisi itu BTKL merekomendasikan, Dinas Kesehatan agar menyediakan lokasi khusus untuk para penderita ISPA yang gawat. Mereka harus dipastikan dirawat ditempat yang benar-benar steril dari pencetus ISPA. Misalkan jika di rumah sakit atau puskesmas, diupayakan ada ruangan khusus yang bebas asap.
Bahkan, sambung Hamidi, jika perlu masyarakat di daerah rawan bencana asap diungsikan. Ini jika kondisi asap dan serangannya pada ISPA sudah tak dapat dihindarkan, misalkan kipas angin maupun AC tak mampu mengusir serangana asap ke dalam rumah.
Hj Nurleny Saleh, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, sangat setuju adanya rekomendasi BTKL. "Tapi, terus terang kami belum dapat mewujudkan seperti menyediakan lokasi khusus itu tidak ada. Cuma yang jelas sudah kami upayakan preventif maupun pengobatannya," terang Leny.niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Wednesday, October 18, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment