Minggu, 01 Oktober 2006 03:08
Banjarmasin, BPost
Sebaran kabut asap pekat kian meluas. Setelah hampir sepekan menyaput daerah pinggiran, pada Sabtu (30/9) pagi, Kota Banjarmasin sempat gelap bebebapa jam akibat kepungan kabut asap yang menyemburkan kelalatu.
Bencana ini akibat makin maraknya pembakaran sawah tadah hujan dan semak belukar di pinggiran kota. Kelalatu pun menerobos ke rumah warga dan menempel pada pakaian yang dijemur.
Dari pemantauan, serbuan kabut asap di Banjarmasin berlangsung sekitar pukul 05.00 Wita hingga 07.00 Wita. Buruknya cuaca tersebut menyebabkan warga enggan keluar rumah sehingga arus lalu lintas di jalan-jalan utama seperti Jalan A Yani, Sudirman, Pangeran Samudera dan Lambung Mangkurat, sangat lengang.
Selain itu angkutan air di sungai Martapura yang membelah kota Banjarmasin juga nyaris tak terlihat. Ini terjadi akibat jarak pandang yang berkisar 100 hingga 500 meter. Serbuan asap ini mulai menipis setelah pukul 07.30 Wita.
Kondisi serupa juga masih terjadi di pinggiran Kota Banjarmasin hingga Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. BPost yang menyusuri jalan dari Banjarmasin ke Banjarmasin merasakan sendiri sulitnya mengendarai kendaraan menerobos kabut tersebut.
Kabut mulai terlihat di kawasan Jalan A Yani Km 8, Kertak Hanyar. Di lokasi ini, jarak pandang berkisar 50-100 meter.Namun, memasuki kilometer 10 kondisinya amat beda. Di wilayah ini, kabut asap sangat pekat. Jarak pandang hanya menyisakan 3-5 meter. Akibatnya, para pengguna jalan pun harus mengurangi kecepatannya, maksimal 20 kilometer per jam.
Mobil pun harus berjalan beriringan sambil menyalakan lampu utama dan lampu sign untuk menghindari kecelakaan. Memasuki Km 12, kondisi asap bergulung-gulung dan pekat. Kabut seperti ini sampai di Km 14 dan Pasar Gambut. Mobil-mobil pun kembali melambat bahkan ada yang berhenti.
Pasalnya, pandangan tertutup kabut putih pekat bak mobil berjalan dalam goa. Rumah-rumah warga di pinggir jalan bahkan tak tampak lagi. Pasar Gambut juga hanya terlihat samar. Ironisnya, lampu penerang jalan di sepanjang pembatas jalur jalan mati.
Bahkan pada Jumat antara pukul 05.00 hingga 07.00 Wita yang notabene menjadi kondisi paling parah, tidak ada aparat kepolisian yang memandu jalannya kendaraan.
Di Bandara Syamsudin Noor, jarak padang di landasan pacu pada pukul 06.00 Wita hingga 07.00 Wita hanya sekitar 300 meter. "Namun, setelah itu, kabut asap di bandara mulai menipis dan kegiatan penerbangan masih berjalan normal," kata Awaluddin dari Humas PT (Perseo) Angkasa Pura Bandara Syamsudin Noor.
Akhmad Rijali Saidy, staf pengajar ilmu tanah Falkutas Pertanian Unlam, mengatakan, para petani di daerah memilih mengolah lahan dengan cara pembakaran karena merupakan cara termudah dan termurah. Repotnya, sawah tadah hujan di daerah tersebut tadinya adalah lahan gambut. Akibatnya, pada beberapa daerah yang terbakar menghasilkan asap yang cukup besar.
Apalagi, kalau petani membuka lahan sawah yang sudah lama tidak digarap, selain kebakaran cukup hebat, produksi asap juga cukup besar. "Kalau tidak ada upaya yang konsisten merubah perilaku dan kebiasan bertani ke arah yang lebih baik, setiap tahun serbuan asap terjadi," katanya.
Kondisi ini kian diperparah dengan terbakarnya sekitar 100 hektare kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam di daerah Bukit Mandiangin, Kabupaten Banjar, Jumat kemarin. Kebakaran hutan ini berlangsung selama 6 jam pukul 09.00 Wita.
Kadishut Kalsel, Sony Partono mengatakan, kebakaran ini merupakan kejadian kedua dalam bulan ini. "Petugas benar-benar kewalahan karena mengendalikan api selain kesulitan air, yang lebih parah api terus meluas akibat kencangnya tipuan angin," katanya.
Masalah asap juga terus terjadi di Lampung, Palembang, Jambi. Pekanbaru, Batam dan Palangkaraya. Aktivitas warga terganggu bahkan ada penerbangan yang ditunda karena terlalu pendeknya jarak pandang. "Di Pekanbaru, sejumlah ruas jalan, perkantoran hingga pertokoan dan pasar tradisionil terlihat lengang dalam dua hari terakhir ini," kata Kepala Bapedalda Riau, Khairul Zainal. kcm/tnr/adi/ais.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Saturday, October 14, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment