Senin, 09 Oktober 2006 02:43:22
Kuala Lumpur, BPost
Memalukan. Bertahun-tahun sudah Indonesia ‘mengekspor’ asap ke negara tetangga terutama Malaysia. Berulangkali pula pemerintah Malaysia melontarkan kegeramannya. Namun, kiriman asap terus terjadi tiap tahunnya.
Bagi Wakil Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, hal ini menunjukkan pemerintah Indonesia tidak mampu sendirian mengatasi masalah asap. Karena itu, diperlukan usaha bersama negara-negara anggota ASEAN agar tidak terus terulang di masa depan.
"Masalah asap akan selalu terulang di setiap musim kemarau. Hal itu tidak bisa diatasi sebuah pemerintahan semata. Sebagai contoh, kita tak bisa memasuki Indonesia tanpa izin mereka. Mereka menyatakan komitmen, tetapi mereka tak punya sumber daya atau memiliki kemampuan terbatas," ujarnya, kemarin.
Sejumlah organisasi masyarakat di Malaysia, dalam beberapa hari terakhir ini terus melakukan kampanye menyalahkan Indonesia karen tidak bisa menangani masalah asap tersebut. Harian The Star bahkan menjadikan kemarahan mereka itu sebagai berita utama.
Harian lain, New Straits Times, mengatakan, Malaysia sudah muak dengan asap dan permohonan maaf yang tiap tahun dilontarkan pemerintah Indonesia.
Wakil Ketua Menteri Sarawak George Chan menambahkan rumah sakit-rumah sakit dan sejumlah klinik setiap hari didatangi 200 pasien dengan kasus pernafasan, naik dari rata-rata 50 kasus.
Pemerintah sudah menyebarkan 200.000 masker kepada masyarakat. Sementara itu, tak satu pun dari 51 alat monitor kualitas udara di Malaysia yang menunjukkan bahwa kualitas udara dalam keadaan baik.
Menyikapi ini, Jubir Kepresidenan, Andi Mallarangeng menyambut baik agar negara-negara ASEN ikut membantu Indonesia menyelesaikan masalah asap ini. "Kita sudah melakukan berbagai langkah tetapi memang belum tertangani secara penuh.
Lahan-lahan gambut dan hutan dengan lokasi yang sulit dan jauh di pedalaman membuat penanganan tidak mudah. Kita berharap musim hujan cepat datang, sehingga membantu mempercepat padamnya kebakaran hutan," ujarnya.
Nada sebaliknya dilontarkan Wapres Jusuf Kalla. Dia mengatakan pengusaha perkebunan Malaysia juga punya andil atas bencana asap.
"Kebakaran hutan, bukan saja Malaysia yang mengeluh. Yang pertama mengeluh orang kita. Masih lumayan orang Kuala Lumpur. Orang Pontianak tidak bisa pergi sekolah, orang Riau susah, orang Jambi dan Palembang begitu juga," ujar Kalla.
Dari pantauan pers, kabut asap kian pekat menyaput daerah-daerah di luar Jawa. Jalur Sungai Kahayan yang menghubungkan kabupaten Gunung Mas, Kota Palangka Raya dan kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, tidak terlihat karena tertutup kabut asap. Jarak pandang di daerah-daerah itu hanya sekitar 30 meter.
Kondisi serupa juga terlihat di ruas-ruas jalan di Palangka Raya. Suasana mirip dengan fogging (pengasapan) untuk membasmi nyamuk. Meski siang, kendaraan harus tetap menyalakan lampu. Bandara pun lumpuh. Sejumlah jadwal pemberangkatan dan kedatangan pesawat harus ditunda karena jarak pandang hanya sekitar 300 meter.
Dari Pontianak, kabut asap mulai berkurang karena dua hari terakhir mulai diguyur hujan. Meski demikian, Walikota Pontianak, Buchary Abdurrahman, tetap menyerukan agar warganya melaksanakan Shalat Istisqa (minta hujan).
Di Banjarmasin, meski masih pekat, kabut asap belum menganggu lalu lintas di alur Sungai Barito.
"Hingga kini (kemarin) arus lalu lintas kapal di alur masih aman. Karena jarak pandang di alur masih sekitar 500 meter," ungkap Kepala Kantor Administrator Pelabuhan (Adpel) Banjarmasin, Capt Sufrisman Djaffar. dtc/tnr/ant/mdn/kcm
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Saturday, October 14, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment