Saturday, October 14, 2006

Api Kepung Gambut

Minggu, 08 Oktober 2006 01:14

Gambut, BPost
Gubuk di tengah sawah di Handil Kayu Bawang RT 3, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Sabtu (7/10) siang terlihat jelas dari jarak 50 meter. Hal ini berbeda dengan tiga hari yang lalu, pada jam yang sama, dari jarak 5 meter sekali pun gubuk beratap rumbai itu hanya terlihat samar-samar.

Itulah kondisi di wilayah Gambut dan sekitarnya kemarin. Kabut asap dari hasil pembakaran lahan memang sudah mulai berkurang kala siang. Hanya Tersisa kabut tipis yang menutupi sinar matahari.

Kurniah (50) penghuni gubuk tersebut menuturkan, sejak tiga hari terakhir dari pukul 10.00 Wita hingga Maghrib kabut memang tak begitu pekat. Namun pada pagi dan malam hari, sangat pekat.

Di waktu pagi, warga setempat harus bertahan mendapatkan oksigen yang telah bercampur asap pekat. "Karena sudah setiap hari menghirup asap menjadi terbiasa. Sebenarnya di dada rasanya sesak dan sulit bernafas," tutur Kurniah yang gubuk reyotnya sempat nyaris menjadi arang saat api membakar lahan di sekitar gubuknya, pekan lalu.

Dari mana asal api yang terus merembet membakar lahan-lahan di sekitarnya itu? "Bisa saja karena puntung rokok yang masih membara dibuang sembarangan. Karena cuaca panas dan banyak ranting-ranting kering, mudah terjadi kebakaran. Tapi juga ada yang sengaja dibakar pemilik lahan karena akan dikapling-kaplingkan," ujar warga.

Dari pantauan BPost, kebakaran semak dan hutan galam itu memang masih saja terjadi di wilayah Gambut terutama yang berdekatan dengan kawasan Jalan Gubernur Subarjo (Lingkar Selatan).

Ironisnya di sekitar lokasi kebakaran tidak terlihat petugas dari pihak Pemerintah Kabupaten Banjar maupun dari Dinas Kehutanan. Akibatnya api terus membesar dan asap pun kian pekat.

Kompleks pemakaman warga Muslim seluas satu hektare di Jalan A Yani kilometer 15,7 juga hangus dilalap api. Nisan-nisan yang terdari kayu ulin hangus. Batang-batang pohon terbakar pun bergelimpangan di atas pekuburan tersebut.

Tiga tiang listrik dan satu tower listrik PLN juga terkepung api. Beberapa warga mengkhawatirkan jika kebakaran lahan gambut di daerah ini terus berlangsung dalam sepekan mendatang, kemungkinan ada tiang listrik yang roboh.

Camat Gambut, Abdul Razak menduga api juga berasal dari gesekan ilalang kering. "Namun, karena keterbatasan tenaga dan air, kita hanya berupaya agar api jangan sampai menjalar ke perumahan warga, karena banyaknya titik api berikut luasannya, tidak mungkin bisa dipadamkan seluruhnya," ujarnya.

Karena itu, sejumlah titik api yang sulit dijangkau terpaksa dibiarkan. "Sejumlah titik api masih ada di hutan rawa yang lokasinya jauh dari jalan sehingga sulit dicapai," bebernya.

Dalam pekan ini, akibat kebakaran lahan, sebuah gudang kosong menjadi luluh lantak. Selain itu sebuah rumah di Desa Malintang juga ikut terbakar.

Kabut asap memang kian menutupi sebagian besar wilayah di negara ini. Banyak daerah terutama di luar Jawa yang tersaput kabut asap. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah pusat maupun daerah, namun hasilnya nol besar.

Kondisi parah juga terlihat di Palangkaraya, Kalteng. Jarak pandang hingga pukul 09.00 Wita hanya sekitar 50 meter. Seluruh kendaraan terpaksa menyalakan lampu depan dan belakang untuk menghindari tabrakan.

Pekatnya asap sudah menyesakkan pernafasan. Mata pun terasa perih. Kepala mudah pusing ketika menghirup udara, terlebih bila tidak mengenakan masker. Asap kelihatan menggantung di Palangkaraya, karena angin hanya bertiup pelan. Kepala Badan Meteorologi PalangkaRaya, Hidayat menuturkan, kecepatan angin yang kurang dari 5 knot tidak mampu meniup kabut asap.

Kalbar pun senasib. Ada empat kota yang terparah kabutnya, yakni Pontianak, Singkawang, Putussibau dan Ketapang. Di Sumatera pun demikian. Kebakaran lahan gambut di kawasan pantai timur Sumatera, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel terus meluas dan terpaksa dibiarkan begitu saja mengingat sulitnya menjangkau lokasi kebakaran. Akibatnya, kabut asap yang menyelimuti Palembang kian tebal. "Sulit dipadamkan. Hanya hujan yang bisa," ujar Gubernur Sumsel, Syahrial.

Aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Thaha Jambi juga terancam lumpuh. "Kabut asap kian tebal dan tidak menentu, sehingga pesawat tidak berani mendarat, bahkan berbalik arah kembali ke bandara asal," kata Kepala Bandara, Basuki.

Sejumlah daerah di Sumbar juga banyak yang gelap karena tertutup asap. Menurut Kepala Bapedalda Sumbar Oyong Andawarneri, daerah yang terkena asap kiriman dari Jambi dan Sumsel adalah Kabupaten Dharmasraya, Pesisir Selatan, dan Padang. Kemudian Kabupaten Limapuluh Kota yang menerima kabut asap kiriman dari Provinsi Riau. mic/tnr/kcm/adi/ais

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: