Sabtu, 07 Oktober 2006 02:05:12
* Penderita ISPA meningkat
KABUT asap tebal yang menyaput Kalsel mengancam dunia usaha. Kerugian besar akan terjadi pada sektor-sektor usaha akibat terganggunya transportasi laut, udara dan darat.
Mencegah implikasi luas terhadap ancaman sektor usaha ini, Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Kalsel, mendesak pemerintah segera mengatasi kebakaran hutan dan lahan, berikut menanggulangi kabut asap.
"Kebakaran hutan dan lahan, serta kabut asap telah mempengaruhi iklim dunia usaha di daerah. Para pelaku usaha di daerah menanggung kerugian cukup besar sebagai akibat dari kabut asap ini," tegas Tajuddin Noor, Anggota Kadinda Kalsel, Jumat (6/10).
Kerugian tersebut, antara lain terganggunya kegiatan usaha seperti transportasi dan distribusi barang ke berbagai wilayah, baik melalui darat, laut dan udara. Tajuddin menunjuk distribusi barang industri dan kebutuhan pokok yang tersendat.
Hingga kini upaya pemerintah daerah mengatasi bencana dinilai belum maksimal. Pemerintah terkesan cenderung menganggap asap sebagai hal yang biasa terjadi.
Kabut tebal hingga kemarin masih menyelimuti Kalsel. Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara masih berselimut asap tebal. Di Kabupaten Banjar dan sepanjang Kecamatan Gambut hingga Landasan Ulin-Banjarbaru, kabut lebih pekat.
Kondisi seperti ini tak hanya mengancam kesehatan masyarakat, roda perekonomian pun terganggu. Pasar-pasar dan pusat perdagangan tradisional yang biasanya marak pagi hari, kini cenderung sepi karena warga enggan keluar rumah.
Kawasan Gambut yang biasanya setiap pagi jadi momok pemakai jalan, kemarin sedikit terang. Khusus asap Gambut, diduga akibat pembakaran lahan. Pembakaran lahan di Kertak Hanyar dan Gambut, berlangsung beberapa hari ini. Ada sekitar 1.000 hektar lahan di Desa Pasar Kamis, Kertak Hanyar, yang dibakar.
Apapun ulah masyarakat, asap kenyataannya mendatangkan masalah besar terhadap aktivitas dan kesehatan masyarakat sendiri. Djuneidi, pedagang di pusat perbelanjaan Sentra Antasari merasakan betul dampaknya. Dengan mata perih dan nafas tak teratur karena menahan bau asap, Djuneidi tetap menggelar barang dagangan demi menghidupi keluarganya.
Kondisi seperti ini tak urung meningkatan jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Apabila Juli 2006, tercatat 5.163 kasus ISPA, jumlah penderita pada Agustus 2006 di Banjarmasin naik menjadi 5.597 kasus. Seorang penderita, Samura mengungkapkan, awalnya hanya merasa pusing, selang beberapa hari baru batuk dan pilek.
Tenggorokan terasa kering, sesak nafas, susah tidur dan pagi hari batuknya menjadi-jadi. Obat flu dan batuk di pasaran tak lagi manjur. Kondisi Samura malah merosot diikuti demam. "Saya berobat ke klinik, hasilnya saya kena ISPA," ungkapnya. Samura dianjurkan banyak beristirahat dan jika keluar rumah menggunakan masker. rbt/ck6/mic
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment