Kamis, 27 Juli 2006 02:18:52
Banjarbaru, BPost - Belum diketahuinya titik api (hot spot) di Kalsel ternyata bukan karena daerah ini aman dari pembakaran lahan. Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Kalsel tak dapat mendeteksi hot spot, pasalnya satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic Atmospheric Administration Advanced Very High Resolution Radiometer) rusak.
Menurut Kadishut Kalsel Sony Pratono, biasanya hotspot diketahui dari sebuah pixel yang memiliki nilai temperatur di atas ambang batas (threshold) tertentu dari hasil interpretasi citra satelit NOAA.
Saat ini, kata dia, dua NOAA yang kerap dipakai yakni 12 dan 16 ngadat. Akibatnya, proses interpretasi citra NOAA yang dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer pun tak dapat diakses.
"Kita memang masih belum dapat mendeteksi hot spot di kabupaten/kota se-Kalsel, karena ada kendala pada satelit NOAA. Susah mengaksesnya," kata Sony Partono, Rabu (26/7).
Sony tak menyebutkan kapan kerusakan itu terjadi. Namun dia, memperkirakan sekitar dua pekan terakhir satelit itu tak bisa berfungsi maksimal.
Biasanya satelit ini menangkap nilai ambang batas temperatur yang diaplikasikan pada chanel infrared adalah 315 Kelvin (42 derajat celcius) untuk pengambilan siang hari dan 310 Kelvin (37 derajat celcius) pada sore/malam hari.
Dari dasar itulah, biasanya Dishut Kalsel mengirimkan koordinat titik api ke masing-masing kabupaten/kota, agar pemerintah setempat dapat melakukan langkah-langkah antisipasi atau paling tidak meminimalkan terjadinya kebakaran lahan.
Ditanya seberapa besar keparahan kerusakan ini, Sony mengaku tak mengetahuinya. Ini karena jenis kerusakan hanya dapat diketahui di Jakarta, sementara pihaknya hanya user. Ia pun berjanji akan terus menanyakan kerusakan dan proses aksesnya itu.
"Kami tidak tahu kerusakannya di mana. Yang jelas, biasanya kami mengirimkan warning ke kabupaten/kota untuk selalu siap siaga mengendalikan kebakaran lahan di kawasannya. Dari satelit NOAA kita pantau dan hasilnya kita sebarkan," jelasnya.
Sampai saat ini, ia hanya menerima laporan secara manual dari warga tentang adanya pembakaran lahan. Itu pun hanya ada satu hot spot yang ditangkap yakni di sekitar wilayah Kota Banjarbaru.
Sony mengimbau agar semua pihak mewaspadai daerah yang memiliki lahan gambut. Karena, faktanya tahun lalu daerah yang berkarakteristik lahan gambut juga lahan tidur yang masih ditumbuhi alang-alang memiliki hot spot cukup tinggi, bahkan menduduki peringkat tiga.
Kadis Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kota Banjarbaru, Wisnu Raharjo mengaku juga belum menerima hasil laporan pantauan satelit NOAA dari Dishut Kalsel yang biasanya ia terima. Pun dengan adanya lahan yang mulai terbakar di wilayahnya.
"Kita biasanya bekerja berdasarkan laporan dari Dishut Provinsi. Sampai saat ini belum ada laporan, begitu juga tentang kebakaran yang terjadi di Kota Banjarbaru," paparnya.
Menurutnya, kalau pun ada lahan yang terbakar di musim kemarau, biasanya adalah lahan tidur. Tidak dimanfaatkan oleh pemiliknya, bukan lahan-lahan produktif yang sengaja dibakar. niz
Friday, July 28, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment