Friday, July 28, 2006

Ribuan Hektar Sawah Terendam

Kompas; Selasa, 04 Juli 2006

Di Sulawesi Utara, 12 Jembatan Putus akibat Banjir

Banjarbaru, Kompas - Banjir yang melanda empat kabupaten di Kalimantan Selatan dalam dua pekan terakhir merusak sedikitnya 12.536 hektar sawah. Sebanyak 1.093 hektar di antaranya dipastikan puso.

Empat kabupaten yang dilanda banjir adalah Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru. Dengan target produksi Kalsel rata-rata delapan ton per hektar, kerugian akibat puso paling sedikit Rp 14 miliar.

Menurut Kepala Subdinas Perlindungan Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalsel Ernawati, Senin (3/7), Kalsel memiliki 200.000 hektar sawah dengan target 1,6 juta gabah kering giling. Meski persentase sawah yang kebanjiran relatif "kecil", kerusakan yang dialami tampak besar karena daerah itu merupakan lumbung kabupaten setempat.

Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Kusan Hulu dan Kusan Hilir, Tanah Bumbu, yang menjadi sentra padi Tanah Bumbu dan sebagian Kotabaru. Di dua kecamatan itu 2.571 hektar sawah terendam, 668 hektar di antaranya puso. Di Banjar banjir menggenangi 3.345 hektar sawah (71 hektar puso).

Ernawati menjelaskan, kebutuhan provinsi itu terbantu karena sentra padi Kabupaten Barito Kuala lolos dari banjir. Di kabupaten itu ada 89.000 hektar sawah yang dipanen dengan jumlah yang diharapkan memenuhi 30 persen produksi padi Kalsel.

Wakil Gubernur Kalsel Rosehan NB menjelaskan, setiap kabupaten diminta memantau kondisi logistik di daerah banjir. Kekurangan akan segera dipasok dari stok tiap kabupaten, terutama yang ada di wilayah aman. Di saat bersamaan, pemprov menyiapkan kebutuhan selanjutnya.

Perbaikan tiga jembatan putus di rute Banjarmasin-Tanah Bumbu-Kotabaru terus diupayakan. Tambahan alat berat dan kerangka jembatan terus dipasok ke lokasi untuk dikerjakan.

Sementara itu, masih dalam kaitan akibat banjir, Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Sulawesi Utara Roy Roring dalam keterangan pers di Manado menyebutkan, jalan rusak akibat banjir di daerah itu mencapai ratusan kilometer. Penyebabnya adalah terjangan air dan longsoran tanah. Adapun jembatan yang putus mencapai 12 buah, di antaranya Jembatan Melongodaa (90 meter) diterjang air yang membawa ratusan kubik material kayu gelondongan. Hal yang sama dialami jembatan yang menghubungkan Molobog-Molibagu dan Pinolisian.

Staf khusus Bupati Bolaang Mangondow Reiner Oentoe mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan penanganan pascabencana banjir ke tingkat provinsi. Dia mengatakan, Wakil Gubernur Sulut Freddy Sualang telah berkirim surat ke Jakarta meminta 12 jembatan bailey.

Ia menceritakan kesulitan yang dialami saat terjadi bencana. Penanganan pascabencana kurang optimal di antaranya karena keterbatasan alat berat. Akibat keterbatasan itu, regu penolong baru dapat menembus lokasi dua hari sesudah bencana. "Bantuan dibawa dengan berjalan kaki," kata Reiner Oentoe.

Menyambung jalur

Pada hari Minggu (2/7), Kompas yang memantau kawasan banjir di Kalsel menyaksikan warga mencoba "menyambung" jalur transportasi yang terputus itu dengan memanfaatkan perahu untuk menyeberangi sungai dan membawa barang lewat laut menyisir pantai.

Senin kemarin, sejumlah petani di Kecamatan Martapura dan Sungai Tabuk mempercepat panen padi yang masih bisa diselamatkan karena takut banjir meninggi dan semakin merendam sawah mereka. Tinggi permukaan air 1 hingga 3 meter.

Beberapa titik jalan dan ratusan rumah juga terendam sehingga sebagian warga mengungsi ke masjid dan rumah kerabat. Di Banjar, total pengungsi tercatat sekitar 60.000 orang.

Aktivitas warga seperti memasak dilakukan di tempat terbuka dan kering agar mereka dapat lebih cepat melihat jika permukaan air meninggi. Warga di kecamatan itu, seperti juga di kabupaten lain yang dilanda banjir, sudah menyiapkan perahu apabila perkembangan banjir memburuk.

Banjir di empat kabupaten di Kalsel itu dipicu tingginya curah hujan, terutama di kawasan Pegunungan Meratus yang menjadi "halaman belakang" kabupaten-kabupaten itu. Curah hujan yang tinggi dapat diukur dari ketinggian air Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar, yang sempat mencapai 62 meter. Padahal, sejak dioperasikan tahun 1970-an, tinggi air bendungan selalu di bawah 60 meter.

Aliran air pegunungan itu memenuhi sungai-sungai dan membentuk luapan berarus deras. Banjir dengan arus yang deras itu membuat jalan Banjarmasin-Batatulicin-perbatasan Kalimantan Timur rusak atau hancur di 17 tempat, tiga jembatan putus, dan sedikitnya 50 rumah hanyut.

Secara bersamaan, air dari Pegunungan Meratus itu membanjiri 12 dari 14 kecamatan di Banjar, dua kecamatan di Tanah Laut, empat di Tanah Bumbu, dan sejumlah daerah aliran Sungai Gagayan di Kotabaru.

Infrastruktur

Sejumlah prasarana infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulut, mengalami kerusakan parah akibat bencana banjir bandang yang melanda wilayah itu akhir Juni lalu. Akibat kerusakan infrastruktur itu, beberapa kecamatan di kawasan pantai selatan terisolasi.

Sebagian besar warga korban bencana langsung dievakuasi ke wilayah aman di Dumoga Barat dan Dumoga Timur, tetapi sebagian memilih bertahan di lokasi. Mereka yang bertahan umumnya lelaki dengan maksud mengurus sawah atau kebun mereka yang rusak diterjang bencana. Palang Merah Indonesia Bolaang Mongondow mencatat jumlah pengungsi mencapai 1.025 keluarga. Kerugian yang diakibatkan bencana banjir dan tanah longsor di Bumi Totabuan itu ditaksir mencapai ratusan miliar rupiah.

Data Satkorlak Bolaang Mongondow menyebutkan, rumah yang rusak berat sekitar 280 unit, 29 unit di antaranya terseret arus air. Areal pertanian, khususnya lahan sawah, yang rusak dan gagal panen mencapai 5.420 hektar, lahan jagung 3.132 hektar, serta lahan kedelai seluas 180 hektar. (FUL/ZAL)

No comments: