Thursday, July 27, 2006

LUMPUR TENGGELAMKAN DESA LIBURU BARAS (1)
Dusun Itu Bak Kota Mati

Bpost; Saturday, 03 June 2006 02:16:36

Seminggu lalu, banjir bandang dan tanah longsor memporakporandakan tiga desa di Kecamatan Hampang, Kotabaru. Salah satu lokasi terparah adalah Dusun Liburu Baras, Desa Limbur. Desa itu kini bagaikan kota mati. Tidak ada denyut kehidupan di sana.

Dusun Liburu Baras hanyalah dusun kecil yang susah ditemukan di peta Kalimantan Selatan. Luasnya hanya 60 meter berhadapan langsung dengan Sungai Riti. Warganya pun cuma berjumlah 8 KK atau 24 jiwa.

Kini mereka tak lagi bisa seperti dulu. Dusun yang telah dihuni puluhan itu hancur karena diterjang banjir dan tanah longsor. Bahkan lumpur dengan ketinggian satu meter menenggelamkan tanah leluhur mereka. Sementara, mereka mengungsi ke Dusun Gadang, Desa Cantung Kanan.

Akhir pekan tadi, wartawan BPost, Donny Hardjo Saputro bersama sejumlah anggota Polres Kotabaru dan tokoh masyarakat setempat mengunjungi dusun yang sempat menghebohkan negara ini dengan adanya kabar seluruh warganya tewas tertimbun tanah longsor itu.

Dari Dusun Gadang ke Dusun Liburu Baras, jaraknya hanya 5 kilometer. Namun rombongan harus menempuhnya selama 6 jam. Kenapa? Jalan yang harus ditempuh sudah berubah menjadi lautan lumpur. Untuk melaluinya hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki.

Keluar dari Dusun Gadang, tantangan pertama adalah jalan menanjak dengan kemiringan 60 derajat. Semakin ke atas, perjalanan semakin berat terutama di sekitar Lubuk Pasinjangan. Di sini hamparan lumpur sepanjang 300 meter dengan kedalaman satu meter menghadang siapa pun yang ingin melewatinya.

Lepas dari itu, terbentang Sungai Gagayan dengan arus dair yang cukup deras. Untuk melewati hanya tersedia sebuah sebatang kayu yang berfungsi sebagai jembatan. Agar bisa selamat ke seberang, semua harus ekstra hati-hati karena licin.

Titik parah kedua ditemui di sekitar Sungai Miyati. Jalan sepanjang 500 meter ini terputus oleh waduk kecil dengan diameter 40 meter dan kedalaman dua meter. Di ujung jalan ini, terlihat di depan mata, kaki Gunung Batis Kelawan dan Muncung Hanya. Namun kondisi dataran tinggi itu ambrol karena digerus air hujan.

Seorang warga Dusun Liburu Baras yang menjadi pemandu mengatakan sebelum bencana itu, jalan itu sering dilewati dengan menggunakan kendaraan roda dua. "Semua hancur. termasuk dusun kami. Tidak semua orang bisa masuk ke dusun kami lagi. Kini sudah tidak ada lagi penghuninya," keluhnya.

Batang-batang pohon besar yang roboh makin membuat jalan sulit dilewati. Apalagi tak jauh onggokan batang-batang pohon itu, jalanan kembali ditutupi endapan lumpur basah dengan ketinggian lebih dari satu meter.

Tepat di saat habisnya tenaga yang terkuras karena berulangkali menyibak lautan lumpur dan jalan mendaki dengan kondisi rusak parah, Agus, tokoh Dusun Gadang yang bergabung dalam rombongan itu meminta perjalanan dihentikan.

"Kita tak bisa memaksakan diri. Istirahat dulu karena jalan-jalan di depan kita kondisinya lebih parah," katanya sambil menyulut rokok. *

No comments: