Saturday, 03 June 2006 02:11:38
Kotabaru, BPost- Hj Masrofah (50) hanya bisa berbaring di rumahnya di Dusun Gadang Desa Cantung Kanan Kecamatan Hampang Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Istri H Astani ini sudah tiga hari terserang diare. Dua botol infus dan obat terlihat di samping kasurnya.
Keluarga Masrofah merupakan satu dari ribuan warga yang menjadi korban banjir dan tanah longsor. Mereka tak hanya bingung karena tempat tinggal tergenang, tetapi juga kesulitan mendapatkan makanan dan air bersih. Berjangkitnya penyakit seperti diare menjadi momok baru bagi mereka.
Kepala Puskesmas Hampang dr Zwasta PM mengatakan hingga akhir pekan lalu pihaknya menangani 18 penderita diare. Enam kasus di antaranya terjadi pascabanjir.
"Penderita berasal dari Dusun Malangkayan Desa Cantung Kanan, Dusun Gadang, Hapungu dan Lalapin. Kita akui, kasus diare meningkat namun belum bisa dikatakan Kasus Luar Biasa (KLB)," terangnya.
Sementara itu selain diare, warga Mali-Mali Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang juga kebanjiran, mulai diserang gatal-gatal.
Tim relawan yang dikoordinir Walhi Kalsel saat telah mengobati sekitar 40 balita dan orang dewasa yang terserang diare.
"Tidak ada yang diinfus atau dirujuk ke rumah sakit," kata Ina, koordinator Posko Bencana Banjir Walhi Kalsel di Banjarbaru.
Diare yang menyerang warga Mali-Mali diduga akibat kurang tersedianya air bersih. Satu-satunya sumber air yang dipergunakan warga saat pulang dari pengungsian adalah air Sungai Riam Kiwa yang baru saja meluap.
Sedang untuk mengatasi penyakit gatal, tim relawan Walhi tak dapat berbuat banyak karena kekurangan obat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar dr Toto Mediyanto saat dikonfirmasi mengaku akan mengecek kebenaran serangan diare. Ia pun mengaku kalau posko yang diperlukan warga sebenarnya ada.
"Posko itu bukan di Mali-Mali tapi di Padang Panjang. Kita akan cek dan segera tangani jika itu benar," tandasnya. dhs/niz/adi
Thursday, July 27, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment