Bpost; Monday, 05 June 2006 00:46:39
SUDAH dua hari ini pelabuhan ketinting --perahu panjang bermotor khas Tanbu-- di Desa Pagar Ruyung, Pagatan, dipenuhi pengungsi dari Desa Salimuran yang ingin kembali ke kampung mereka. Tak terlihat senyum di bibir para pengungsi ini.
Dengan langkah gontai, para mereka menaiki ketinting, sambil menenteng tas plastik berisi beras, mi instan dan minyak goreng dan gula pasir hasil pembagian jatah selama di pengungsian.
Perjalanan pulang ke kampung halaman mereka tidaklah mulus. Kapal motor yang ditumpangi harus melewati arus deras sungai Kusan yang tidak bersahabat. Setelah satu jam perjalanan, sampailah para pengungsi ini di rumah mereka.
Sejumlah rumah masih terendam hingga lantai. Warga memperkirakan sebulan ke depan barulah rumah mereka benar-benar kering dari air. Itupun jika hujan tidak turun dengan deras selama waktu tersebut.
Warga setempat juga tidak bisa bertani, pekerjaan yang selama ini mereka geluti. Ratusan hektare sawah masih terendam air. Otomatis, tak ada penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Karena itulah, desa yang berpenduduk sekitar 800 kepala keluarga (KK) ini sangat berharap pada bantuan. Mereka terancam kelaparan apabila bantuan dihentikan.
"Kami bergantung kiriman bantuan pemerintah, dinas dan kantor serta sejumlah pengusaha. Kalau sampai stop, sengsaralah kami," " ujar Mulyadi, Ketua Komite Sekolah di Desa Salimuran.
Ancaman kelaparan sangat mungkin terjadi, karena setiap bantuan datang hanya cukup untuk sehari. Seperti yang pernah datang setengah ton beras dan 500 dos mi instan, ketika dibagi 800 KK hanya cukup untuk satu hari.
Di alur sungai Kusan sendiri menjadi alternatif sebagai penyaluran bantuan, terlihat bantuan dikirim melalui ketinting dan ada anggota TNI-AL menggunakan speedboat karet bertuliskan marinir melintas beriringan untuk menjangkau kawasan terisolir tersebut.donny harjo saputra
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment