Bpost; Saturday, 01 July 2006 03:26:32
Banjir besar menenggelamkan beberapa wilayah di Kabupaten Banjar. Kesedihan dan penderitaan menjadi teman karib sehari-hari. Ini pula yang dialami Normasari. Dia harus berenang sekitar satu kilometer untuk mengambil rapor.
Jumat (30/6), M Sauni duduk dengan gelisah di sebuah kursi plastik di atas tanah di tepi Jalan Kertak Baru. Di sampingnya berdiri sejumlah guru yang memegang tumpukan buku rapor.
Mata pria berusia 52 tahun ini, menatap kosong ke halaman sekolah yang dipimpinnya, SDN Pekauman 2, Martapura Timur. Sekolah itu kini bak berada di tengah sungai karena dikelilingi air setinggi satu meter.
Karena banjir itu pula, Sauni dan para guru terpaksa berada di tanah lapang yang letaknya lebih tinggi. Setengah hari mereka berada di situ, menunggu kedatangan murid-muridnya. Bukan untuk menjalankan proses belajar mengajar namun untuk membagikan buku rapor kepada 109 murid.
"Kami terpaksa membagikan di sini. Tidak mungkin di sekolah. Ruang-ruang kelas digenangi air setinggi setengah meter. Bahkan di halaman itu, ketinggian air bisa mencapai satu meter," ujar Sauni.
Tiba-tiba Sauni dan para guru dikejutkan dengan kedatangan seorang perempuan kecil. Dia mengenakan kaos oblong kuning dan celana dua pertiga kaki warna hitam. Kakinya tidak terbungkus sepatu atau berlapis sandal. Tubuhnya dari kaki hingga setengah badan, basah kuyup. Dengan agak menggigil, perempuan kecil itu mendekat. Menyalami dan mencium tangan Sauni dan guru-gurunya.
"Normasari ya?" ujar Sauni. Setelah meminta bocah bernama Normasari itu, Sauni mengambil sebuah buku rapor yang memang telah dipersiapkan. "Selamat ya, kamu lulus dengan nilai terbaik ketiga," kata Sauni sambil membelai punggung bocah itu.
Kepada BPost yang berada di situ, Normasari mengaku terpaksa datang ke sekolah cara cara menembus genangan air. Bahkan seringkali dia harus berenang. Apalagi genangan air yang harus dilewatinya lebih tinggi dari tubuhnya.
Jalan sepanjang sekitar 1 kilometer dari rumahnya di Pekauman Ulu hingga sekolah memang masih ditenggelamkan oleh air bah.
"Ya, terpaksa. Hari ini kan pembagian rapor," ucapnya.
Perjuangan lebih berat dilakukan Normasari saat pulang ke rumahnya.
Dia harus berulangkali mengangkat tangannya yang memegang rapor agar tidak terkena air saat berenang.
"Banjir kali lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Dulu memang banjir tetapi tidak sampai menganggu proses belajar mengajar. Pembagian rapor pun masih bisa dilakukan di sekolah. Baru kali ini saya mengalaminya," keluh Sauni.
Tidak hanya sekolah itu saja yang terendam banjir. Menurut Kadisdik Banjar, Drs Fathurrahman, akibat banjir yang melanda Mataraman, Astambul, Martapura, Martapura Barat dan Martapura Timur, paling tidak 100 lebih SDN terendam, 5 SMPN dan 1 SMAN. adi permana
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment