Radar Banjarmasin; Kamis, 20 Juli 2006
MARTAPURA – Menjelang dengar pendapat yang akan dilakukan DPRD Banjar untuk mencari penyebab musibah banjir yang merendam 12 kecamatan di Kabupaten Banjar beberapa waktu lalu, Kepala Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) Banjarbaru Ir Sucantika Budi mengungkapkan informasi menarik.
Diungkapkan, berdasarkan pengetahuannya bekerja di BMG di Kalsel selama 30 tahun terakhir, ternyata intensitas curah hujan di Kalsel—termasuk di pegunungan Meratus—tidak banyak berubah. Memang ada penambahan sedikit, tapi secara keseluruhan tidak banyak berubah. Curah hujan pada tahun 2006 ini pun tidak jauh berbeda dengan curah hujan pada tahun 2005 lalu.
“Jadi jangan salahkan hujan kalau sekarang banjir. Masalahnya ada di bumi, kenapa vegetasinya (kehidupan tumbuh-tumbuhan, Red) berkurang,” ungkapnya kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (17/7) kemarin.
Bila tahun ini banjir, Sucantika menduga itu terjadi lantaran perubahan vegetasi di Kalsel. Terutama hutan lindung di pegunungan Meratus yang merupakan kawasan serapan air. Banjir yang melanda Kabupaten Banjar sendiri disebutnya sebagai banjir kiriman dari sungai-sungai yang berhulu di pegunungan Meratus, dan bertemu di dekat kota Martapura.
Dari pengamatannya, musibah banjir di Kalsel—terutama di Kabupaten Banjar—baru terjadi beberapa tahun terakhir dengan intensitas berbeda. Banjir terbesar sendiri terjadi pada tahun 2006 ini, saat hampir sebagian besar daerah dataran rendah di Kalsel terendam banjir.
Apa yang dikatakan Sucantika memang benar adanya. Dari informasi yang dihimpun harian ini, sejak tahun 2003 musibah banjir di Kabupaten Banjar memang terjadi setiap tahun. Dengan daerah rendaman di sekitar DAS Riam Kanan, Riam Kiwa dan Martapura.
Tercatat pada tahun 2003, banjir merendam Kecamatan Sungai Tabuk, Simpang Empat, Pengaron, Astambul, Martapura, Gambut dan Aluh-Aluh, serta merusak 2.047 hektare lahan persawahan dan 650 rumah. Kawasan dan ketinggian rendaman banjir terus meluas di daerah-daerah yang berada sekitar DAS.
Banjir tahunan itu sendiri terjadi pada bulan-bulan hujan, atau pada akhir dan awal tahun. Hanya pada tahun 2006 ini banjir terjadi pada pertengahan tahun dan menjelang musim kemarau. Menariknya, intensitas hujan tinggi yang berpotensi menyebabkan banjir ini sempat diprediksikan Sucantika sebelumnya. “Kelihatan dari citra satelit kita, ada banyaknya awan hujan di atas pulau Kalimantan akhir Juni lalu akibat terjadinya tekanan udara rendah di dekat Philifina.(dsa)
Friday, July 28, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment