Sunday, 04 June 2006 02:27:56
Martapura, BPost - Banjir, yang mendera 132 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, sejak 26 Juni 2006, tidak hanya menewaskan dua warga dan membuat 21.709 kepala keluarga atau 103.000 jiwa mengungsi. Bencana tersebut juga menimbulkan kerugian Rp 155.985. 770.000.
Kerugian yang mendekati Rp156 miliar tersebut dilaporkan Bupati HG Khairul Saleh kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, Selasa (3/7).
Sementara itu pada saat kawasan hulu Sungai Martapura mulai surut, banjir masih berlangsung di Kecamatan Martapura Barat dan Sungai Tabuk. Pemkab Banjar kesulitan memberikan bantuan karena tidak punya uang lagi. "Pos dana tak tersangka di APBD Banjar 2006 sebesar Rp1.219.080.000 sudah habis untuk para pengungsi," ujar Khairul.
Kerugian akibat banjir dihitung dari rusaknya lahan pertanian non teknis seluas 20.000 hektare. Ini setara dengan Rp60 miliar.
Kemudian lahan pertanian teknis 1.000 hektare atau sekitar Rp3 miliar.
Kadistan Banjar Eddy Hasbie menerangkan sawah terendam itu berada di kawasan hulu Riam Kiwa seperti di Kecamatan Pengaron 71 hektare, Mataraman 142 hektare, Astambul 769 hektare, Martapura Timur 190 hektare, Martapura Kota 235 hektare dan Martapura Barat 365 hektare. Yang lainnya, masih dalam pendataan.
Perikanan budidaya dengan keramba yang rusak sebanyak 5.200 buah dengan kerugian ditaksir Rp20.972. 970.000.
Menurut Kadiskanlut Banjar HM Daylami menerangkan daerah perikanan yang mengalami musibah adalah Kecamatan Karang Intan. Di sini terdapat usaha budidaya ikan dalam keramba dan Balai Benih Ikan Diskanlut Banjar.
Budidaya ikan keramba milik masyarakat yang rusak diperkirakan 80 persen dari 5.200 keramba. Harga keramba Rp1,5 juta/buah, harga benih ikan Rp200/ekor, jumlah ikan dalam keramba rata-rata 600/keramba dan harga ikan konsumsi Rp 12.000/kg.
Jika setiap item dikalikan 5.200 keramba, maka kerugian bahan keramba mencapai Rp7,8 miliar. Kemudian kerugian benih Rp624 juta dan kerugian ikan konsumsi Rp12,48 miliar. Total kerugian usaha keramba masyarakat adalah Rp20,904 miliar.
"Selain usaha masyarakat, kita juga mengalami kerugian yang cukup besar akibat 26 kolam Balai Budidaya Ikan (BBI) Banjar di Karang Intan juga terendam air. Untuk benih yang hilang mulai bibit gurami, nila dan lele diperkirakan Rp9.650. 000. Adapun kerugian induk ikan patin, mas, nila merah, nila hitam, gurami, bawal dan lele diperkirakan Rp59. 320.000," paparnya.
Keramba-keramba tersebut tersebar di sepanjang aliran Sungai Riam Kanan seperti di Desa Awang Bangkal Timur, Awang Bangkal Barat, Batu Hitam, Mandikapau Barat, Mandikapau Timur, Sungai Asam, Sungai Alang, Sungai Landas, Karang Intan, Lok Tangga, Mali Mali, Sungai Arpat dan Jingah Habang.
Selain itu, fasilitas umum seperti jembatan, sekolah dan puskesmas yang rusak akibat banjir ditaksir senilai Rp 72 .012.800.000.
Ada 124 jembatan yang rusak, hanyut dan putus. Di Sungai Pinang dan Aranio ada jembatan yang hanyut. Di Simpang Empat empat jembatan hanyut dan satu putus.
Di Karang Intan, tiga jembatan rusak parah, sebuah hanyut dan satu putus.
Adapun badan jalan yang terendam dan rusak sepanjang 188 kilometer. Terbanyak di Karang Intan.
"Dengan kondisi ini, sementara dana kita sudah sangat terbatas, maka Pemkab Banjar secara resmi meminta pemerintah pusat memberikan bantuan baik jangka pendek untuk menangani pengungsi maupun jangka panjang untuk membiayai perbaikan fasilitas umum yang rusak," kata Khairul, yang didampingi Sekda Banjar Yusni Anani dan Kadinkessos Rendra Fauzi.
Disinggung permintaan petani padi soal bibit, bupati Banjar mengatakan pihaknya akan mengupayakan pengadaan bibit unggul 100 hari, sehingga bisa mengejar waktu musim tanam yang tersisa.
"Untuk petani keramba, kita akan upayakan kemudahan sehingga para petani bisa dengan mudah memperoleh pinjaman dari koperasi atau perbankan sektor UKM untuk modal usaha mereka," bebernya.
Sementara untuk perbaikan fasilitas umum, pihaknya telah mengirimkan Kasubdin Bina Marga Kimpraswil untuk melobi pusat agar mengucurkan bantuan perbaikan fasilitas umum yang sangat vital bagi masyarakat.
5,5 Ton Biskuit
Munculnya penyakit seperti diare maupun gatal-gatal pada korban banjir diakui Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kalsel Rosihan Adhani. Petugas kesehatan di setiap daerah banjir maupun posko pengungsian diharapkan bisa mengatasinya.
"Bahkan, kita (Dinkes Kalsel) sudah dua kali mengirim tim medis yakni di daerah Banjar dan Tanah Bumbu," katanya di sela coffe morning, kemarin.
Untuk mengantisipasi kekurangan gizi pada para balita maupun ibu menyusui di daerah banjir, Dinkes Kalsel menerima bantuan dari pusat berupa 5,5 ton biskuit sebagai makanan pendamping ASI (MPASI).
"Sebanyak, 1,5 ton sudah kita kirim ke lokasi banjir yang terjadi di Banjar. Sementara, 4 ton sisanya masih dalam perjalanan dari Jawa," kata Rosihan.
Selasa malam, Wakil Gubernur Rosehan NB melakukan rapat mendadak dengan beberapa dinas terkait, Danlanal, Danlanud di kediaman dinasnya.
Rapat membahas penanganan banjir di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru.
Terkait dengan perbaikan infrastruktur seperti jalan dan jembatan, Rosehan mengungkapkan Pemprov Kalsel akan menganggarkan dana tanggap darurat sebesar Rp5 miliar. Dana tersebut diperoleh dari dana sisa tender.
"Dana tersebut akan kita ajukan ke dewan secepatnya, dan kami kira akan disetujui. Untuk perbaikan jalan dan jembatan mulai kita lakukan besok (hari ini) perkiraan kami sampai tanggal 16 Juli mendatang semua kelar," tandasnya.mdn/ais/adi
Thursday, July 27, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment