Senin, 15 Desember 2008 11:25 redaksi
BANJARMASIN - Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam beberapa bulan terakhir, disebabkan daya dukung lingkungan yang memburuk akibat berbagai aktivitas seperti pertambangan dan pembabatan hutan.
Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Budihardjo, Sabtu, mengungkapkan, curah hujan di Kalsel masih dalam tahapan normal yaitu 400 mm per bulan.
"Kalau curah hujan berkisar pada 400 mm per bulan, itu masih keadaan normal, seharusnya tidak menyebabkan banjir, apalagi sampai di perumahan maupun persawahan," katanya.
Banjir yang sering terjadi di Kalsel kemungkinan karena mulai memburuknya daya dukung lingkungan, terutama di beberapa daerah langganan banjir.
Pada saat terjadi curah hujan secara terus menerus, maka beberapa daerah itu langsung terendam. Untuk itu perlu adanya upaya perbaikan lingkungan secara terkoordinasi dari semua pihak, untuk menghindari terjadinya banjir yang lebih besar.
Puncak terjadinya banjir di Kalsel akan dimulai pada awal Januari hingga Februari 2009, terutama untuk daerah-daerah pesisir bagian selatan.
Di daerah-daerah pesisir, seperti Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Tanah Laut, dan Tanah Bumbu, diperkirakan curah hujannya akan lebih tinggi dibanding daerah-daerah lain.
Dengan demikian, tambahnya, daerah-daerah tersebut harus lebih waspada, dalam menghadapi kemungkinan terjadinya banjir besar di beberapa daerah tersebut, terutama di Kabupaten Tala dan Tanbu yang merupakan kabupaten langganan banjir.
Menurut dia, yang perlu diwaspadai adalah, curah hujan yang cukup lebat, kendati hanya dalam waktu tidak terlalu lama. "Hujan seperti itu, kendati sebentar tapi membahayakan, karena lingkungan tidak akan mampu lagi menampung air yang datang dalam jumlah besar dalam waktu bersamaan", katanya.
Kondisi tersebut berbeda dibanding dengan curah hujan yang datang secara terus menerus, namun tidak terlalu deras, tidak akan mengakibatkan banjir besar, demikian Budihardjo. ant/mb05
No comments:
Post a Comment