Sabtu, 8 November 2008
KOTABARU – Banyaknya penebangan pohon yang tumbuh di tepi Pantai Gedambaan dan sekitarnya menyebabkan abrasi pantai. Pasalnya, pohon yang menjadi penahan deburan ombak itu kian berkurang.
Pantauan Koran ini di sekitar lokasi Pantai Gedambaan, areal yang dulunya hijau dan ditumbuhi semak belukar, pohon-pohon liar, seperti laban, serta pohon kelapa, sebagian telah dibabat.
Akibat terus dibuka, bibir pantai yang menjadi obyek wisata yang terus dipadati wisatawan domestik dan sebagian asing, terutama pada hari Minggu dan hari-hari libur tersebut, akhir-akhir ini mulai digerus gelombang pasang hingga beberapa meter ke arah daratan.
Ancaman abrasi bukan hanya terlihat pada pusat lokasi wisata Pantai Gedambaan saja. Namun awal kehancuran pantai tersebut dapat dilihat di sepanjang pantai Desa Gedambaan mulai kilometer 11 Jalan Berangas hingga kilometer 14.
Puluhan meter siring beton yang dipasang dan berfungsi menahan deburan ombak belakangan ini telah runtuh. Sementara belasan meter siring yang masih dapat bertahan pondasinya juga mulai digerus gelombang yang tidak lama lagi akan segera roboh.
"Jika pamerintah tidak segera mengantisipasi masalah ini, beberapa tahun ke depan banyak pantai yang terus digerus abrasi air laut,” ujar Yadi, warga Dsa Gedambaan. Ancaman abrasi ini memang menjadi momok bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Pasalnya, beberapa kawasan pesisir pantai sudah terjadi abrasi yang luar biasa. Abrasi tersebut terjadi karena sudah tidak adanya lagi kawasan penyangga (buffer zone) abrasi seperti tanaman bakau atau mangrove.
Terlihat jelas perbedaannya, beberapa kawasan pesisir pantai yang sudah tidak ada lagi buffer zone kian hari terus tergerus air laut. Sementara pesisir pantai yang masih ada kawasan penyangga tetap tak terusik dengan hantaman ombak tiap hari. Padahal pemerintah daerah sudah beberapa kali menganggarkan penghijauan dan menanaman pohon mangrove, namun sampai sekarang ini tidak terlihat hasil yang memuaskan. (ins)
No comments:
Post a Comment