Minggu, 04 Februari 2007
Jakarta, Kompas - Penanganan korban banjir di DKI Jakarta, Tangerang, dan Bekasi hingga Sabtu (3/2) belum terkoordinasi dengan baik. Ribuan korban banjir masih terjebak di dalam rumah masing-masing, sedangkan puluhan ribu pengungsi lainnya belum mendapat pasokan bahan makanan secara teratur.
Di Jalan Manggarai Utara II, Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan, Ati (25), misalnya, harus membangun sendiri tenda untuk tempat mengungsi. Padahal, di tenda plastik yang dipasang di tepi jalan itulah, ia harus berteduh bersama anak tunggalnya, ayah, ibu, dan suaminya.
"Plastik ini saya beli sendiri, Rp 35.000," kata Ati. Di bawah tenda itulah barang-barang miliknya dan orangtuanya disimpan. Semuanya ditaruh dalam kantong plastik hitam, termasuk satu pesawat televisi, agar tidak basah saat hujan turun. Mereka mengungsi ke tepi jalan karena rumah terendam lagi Jumat siang, setelah pada pagi hari surut.
Bersama ribuan warga bantaran Sungai Ciliwung yang terpaksa mengungsi akibat banjir, Ati pun kemarin sore khawatir Ciliwung akan meluap lebih besar. Apalagi pada siang hari ketinggian air di Katulampa, Bogor, sudah mencapai 250 sentimeter.
Pos-pos pengungsi dalam skala besar dan kecil lain di Jakarta tersebar secara acak di berbagai kawasan Ibu Kota, sehingga penanganan tidak terkoordinasi. Beberapa pos pengungsian mendapat suplai makanan yang cukup, sementara ratusan pos lain masih mengandalkan swasembada warga dan bantuan seadanya dari para donatur.
Fredi, warga Kompleks BHP, Kelurahan Dukuh, Jakarta Timur, mengatakan, pengungsi di permukimannya belum mendapat bantuan bahan makanan dari pemerintah.
Kondisi lebih parah dialami ribuan warga RW 05 Karet Tengsin, Jakarta Pusat. Setelah dua hari, mereka masih terisolasi karena air masih sedada orang dewasa. Surono, warga RW 05 yang dapat menyelamatkan diri, mengatakan, mayoritas warga yang masih terkepung banjir adalah anak-anak dan perempuan. Mereka tidak berani menerobos banjir yang sedikit surut di siang hari karena arus yang deras.
Posko-posko pengungsian yang dijanjikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, sebelumnya ternyata tidak efektif karena banyak warga yang membuat tempat pengungsian sendiri. Husni, koordinator pengungsi di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, mengatakan, tempat pengungsian diurus warga secara mandiri karena posko di kelurahan terlalu jauh dan tempatnya tidak memadai untuk semua orang.
Banjir di Jakarta telah menggenangi 60 persen wilayah dan menyebabkan banyak orang menderita. Data di posko banjir Badan Koordinasi Nasional pada hari Sabtu menunjukkan, pengungsi di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang mencapai 189.665 orang, 4.904 orang di antaranya di Jakarta.
Selama dua hari banjir di Jakarta, terdapat tujuh korban meninggal. Mayoritas korban meninggal itu akibat kesetrum listrik dan hanyut.
Sulit dipusatkan
Sekretaris Daerah DKI Jakarta Ritola Tasmaya mengatakan, para pengungsi sulit dipusatkan dalam posko-posko resmi karena mereka lebih suka mengungsi di tempat paling dekat dengan rumah masing-masing. "Tersebarnya para pengungsi membuat penyebaran bahan pangan dan logistik lainnya sulit dilakukan secara merata," ujarnya.
Semua petugas cadangan untuk mengatasi banjir, ungkap Ritola, sudah disiagakan sehingga penanganan korban banjir akan lebih cepat. Peralatan evakuasi dan tenda pun sudah didistribusikan ke berbagai kawasan.
"Belum ada lokasi khusus untuk korban banjir. Namun, sebagian telah ditampung sesama warga yang selamat dari banjir sejak Kamis malam lalu. Sempat ada instruksi agar warga setempat menyediakan tempat untuk dapur umum, tetapi sampai sekarang bahan makanan tidak juga datang dari pemerintah," kata Rahmadi, warga Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Selatan.
Warga yang kebanjiran mulai mengeluh kedinginan dan sakit-sakitan karena hampir dua hari penuh berpakaian basah. Korban banjir mengaku tidak sempat menyelamatkan banyak barang-barang rumah tangga karena banjir datang begitu cepat. .
Sebagian pengungsi kemarin juga memenuhi ruas Tol Pluit-Tanjung Priok. "Ruas Tol Pluit-Tanjung Priok, terutama antara Sunter dan Podomoro, digunakan untuk menampung pengungsi. Mereka tidak punya tempat lain sehingga memilih ruas tol yang memang berada lebih tinggi," kata petugas jaga Traffic Management Center Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Brigadir Kepala Ogan Lovian.
Di Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan, air menggenangi sejumlah gang di Jalan Kampung Melayu Dalam, terutama di RW 10, 11, dan RW 12. "Air terus naik. Kami sudah meminta warga untuk mengungsi, tetapi banyak yang bertahan di rumah untuk menjaga harta-benda," ujar Adi seorang relawan.
Gunadi, warga RT 08 RW 12 Bukit Duri, mengaku kondisi banjir tahun ini lebih buruk dari bencana tahun 2002. Banjir di Jakarta pada Minggu sekitar pukul 01.30 semakin tinggi akibat meluapnya Ciliwung. Sejak Sabtu sore, air secara pelahan sudah naik. Menurut Yanto, staf Kecamatan Jatinegara, banjir di RW 02 Kelurahan Kampung Melayu dan Kelurahan Bidara Cina pada pukul 21.30 mencapai 3,1 meter. Sebagian besar penduduk di tepi sungai sudah diungsikan sebelumnya.
Di Petamburan, ratusan warga Gang Mulia, RW 08 dan RW 15 Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat, mengungsi ke berbagai tempat dan belum mendapat bantuan. "Belum ada bantuan sama sekali," ujar Helmi warga korban banjir.
Banjir di Jakarta Utara semakin parah. Seperti dituturkan Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas, tinggi air di Kelapa Gading dan Kapuk Muara pada Sabtu petang telah mencapai dua meter. Danau Sunter, Waduk Pluit, dan Waduk Papanggo meluap hingga merendam permukiman sekitar.
Di Jalan Tol Prof Sedyatmo, yang menghubungkan Jakarta dengan Bandara Soekarno-Hatta dan sebaliknya, genangan air dengan tinggi selutut sampai dada orang dewasa tampak di tiga titik, yakni di KM 23-26 serta di dekat gerbang tol pertama dan kedua.
Pemerintah bisa tangani
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai masalah banjir di Jakarta dan sekitarnya masih bisa ditangani oleh pemerintah daerah. Khusus untuk Jakarta, antisipasi sudah dilakukan satu-dua bulan silam sekalipun diakui bencana banjir saat ini jauh lebih besar daripada yang diperkirakan.
Jusuf Kalla di sela-sela acara Saresehan Antargenerasi Partai Golkar di Jakarta, Sabtu siang, menyebutkan, prosedur penanganan bencana banjir telah berjalan. Penanganan bencana dilakukan oleh pemerintah daerah dengan satkorlaknya.
Menurut Kalla, Pemprov DKI Jakarta juga cukup kaya untuk menutup biaya tanggap darurat akibat banjir ini. Kalau memang ada kerugian yang besar, barulah pemerintah pusat bersama-sama pemerintah daerah turun menanganinya.
No comments:
Post a Comment