Senin, 19 Maret 2007 01:22
Kandangan, BPost
Akibat dua jembatan di Desa Lungau Kecamatan Kandangan, Hulu Sungai Selatan ambruk diterjang banjir, petani setempat terpaksa menggunakan transportasi darurat menyeberangi sungai. Salah satunya menggunakan jamban lanting untuk mengangkut hasil bumi dari ladang ke rumah.
Mahdi (40), petani di Lungau mengatakan, warga membawa hasil bumi dengan cara menyeberangkannya menggunakan lanting jamban yang banyak terdapat di pinggir sungai. Selain lanting jamban biasanya warga juga menggunakan jukung.
"Sebenarnya ada beberapa jembatan darurat terbuat dari bambu, tapi itu hanya digunakan untuk pejalan kaki menyeberang," ujar Mahdi, Sabtu (17/3).
Mengangkut pakai lanting jamban atau jukung, menghabiskan waktu lebih lama. Jembatan yang ambruk merupakan sarana vital bagi warga untuk menghubungkan penduduk yang rumahnya saling berseberangan.
Jembatan itu rubuh tepat saat warga sedang shalat Jumat 2 Maret 2007 lalu. Saat itu sungai Amandit yang melintasi Desa Lungau meluap hingga membanjiri bantaran dan jalan permukiman. Saking derasnya arus sungai mengakibatkan dua jembatan permanen terbuat dari ulin ambruk.
"Saat itu arus sungai membawa ranting pohon bambu sehingga saat menabrak jembatan pondasi dua jembatan dari kayu ulin roboh," kata Mahdi.
Jembatan tersebut dibangun Dinas PU Pemkab HSS dengan dana APBD 2005. Desa Lungau terkenal sebagai salah satu penghasil beras di HSS. Di daerah ini mayoritas warga bermata pencaharian sebagai petani di rawa lebak, dan menanam sayur-sayuran, jagung, dan jenis palawija. Namun mayoritas ladang milik warga berada di seberang sungai, sehingga keberadaan jembatan sangat penting. ary
No comments:
Post a Comment