Tuesday, March 06, 2007

Tiga Kabupaten di Sumatera Selatan Banjir Sawah Tergenang dan Akses Terputus

Rabu, 31 Januari 2007

Lahat, Kompas - Banjir bandang melanda beberapa desa di tiga kabupaten di Sumatera Selatan, yakni Lahat, Ogan Komering Ulu Timur, dan Ogan Komering Ilir. Ribuan hektar sawah terendam. Jalur lintas tengah yang putus kondisinya semakin parah.

Meluapnya Sungai Kikim mengakibatkan Desa Gunung Kembang, Kecamatan Kikim Timur, Kabupaten Lahat, diserang banjir bandang setinggi 2,5 meter. Tak ada korban jiwa, hanya tercatat 11 rumah rusak dan hanyut.

Kepala Desa Gunung Kembang Darmansyah di Lahat Selasa (30/1) mengatakan, banjir bandang menyebabkan empat rumah roboh dan satu hanyut. Enam bangunan rusak berat, termasuk Balai Desa Gunung Kembang.

Warga kemarin mulai bekerja bakti menyingkirkan puing-puing rumah serta membuat dapur umum di pinggir jalan. Warga yang rumahnya roboh terpaksa menumpang di rumah saudara atau rumah tetangga yang utuh.

Luapan Sungai Komering, Sungai Macak, dan Sungai Belitang membanjiri ribuan hektar sawah di Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, salah satu sentra produsen padi di Sumsel. Sekitar 1.187 hektar sawah terendam, dengan tinggi hampir setengah meter.

Banjir juga menggenangi 548 hektar sawah di Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dengan ketinggian air mencapai setengah meter.

Sebagian wilayah Kota Jambi dan kawasan permukiman di bantaran sungai di Kabupaten Sarolangun dan Tebo. Banjir akibat luapan Sungai Tembesi dan sejumlah anak Sungai Batanghari. Tingginya luapan Sungai Tembesi mengakibatkan Jembatan Gantung Baung di Kabupaten Sarolangun ambrol.

Darmansyah memperkirakan kerugian warga Desa Gunung Kembang mencapai ratusan juta rupiah karena warga tidak sempat menyelamatkan harta benda mereka. Ratusan ekor ayam dan belasan ekor kambing hanyut.

Kerebo, petani Kampung Sawah, Kecamatan Martapura, OKU Timur, mengaku tanaman padinya berumur 2,5 bulan hancur akibat terendam sejak Jumat (26/1). Air belum juga surut. Untuk satu hektar sawah yang rusak, dia rugi modal tanam Rp 2 juta. Ditambah lagi kebun kacang dan ubi yang siap panen juga rusak.

"Saya pening karena modal tanam sudah habis. Hampir setiap tahun tanaman padi gagal tanam karena banjir selalu datang pas masa tanam," kata Kerebo.

Jalinteng putus

Jalan lintas tengah (jalinteng) di Kabupaten Lahat yang putus kini makin parah akibat longsor di Desa Sukarami Kecamatan Gumay Talang. Longsor terjadi di badan jalan sepanjang sekitar 10 meter dan lebar 2 meter, dengan kedalaman 2 meter.

Kendaraan berat dari Lahat ke Lubuk Linggau dialihkan ke jalur alternatif Pagar Alam-Tebing Tinggi, sebaliknya kendaraan dari Lubuk Linggau dialihkan melalui Tebing Tinggi-Pagar Alam. Longsor terjadi Senin lalu.

Data di Satlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Lahat menyebutkan, jembatan Desa Lubuk Atung rusak berat. Di Desa Muara Cawang, Kecamatan Pseksu, longsor sepanjang 250 m dan kerusakan beronjong pencegah banjir sepanjang 50 m. Di Desa Lubuk Tuba, Kecamatan Pseksu, satu jembatan gantung rusak.

Kepala Subdinas Bina Program Dinas PU Bina Marga Sumsel M Yusuf Usman menambahkan, pada jalinteng ruas Lahat-Tebing Tinggi-Lubuk Linggau ada 11 jembatan tua yang sudah harus diganti. Jembatan dengan konstruksi Calender Hamilton (CH) ini dibangun tahun 1970-an. Secara teknis, kata Yusuf, usia jembatan CH berkisar 20 tahunan. Persoalannya kendaraan yang lewat terkadang melebihi kapasitas jembatan.

"Kendaraan malah berebut masuk jembatan. Parahnya lagi ketika di atas jembatan ada sopir berhenti dan mengobrol dengan sopir lain jadi kendaraan berat bertumpuk di atas jembatan," ujar Yusuf.

Kerinci terisolasi

Hari ketiga pascalongsor akses Jalan Bangko-Kerinci kilometer 85, Kabupaten Kerinci, masih terputus. Longsor terjadi pada lebih dari 25 titik, sepanjang 10 kilometer, di jalur utama Kota Jambi-Kota Bangko, ke Kerinci.

Kemarin siang pembersihan longsoran tebing di satu sisi jalan belum selesai. Sementara itu, hujan masih kerap mengguyur.

Kendaraan ke Kerinci antre menunggu pembersihan jalan selesai. Meski ada jalan alternatif lewat Solok, Sumatera Barat, pengendara enggan karena jaraknya dua kali lipat, menjadi sekitar 600 kilometer. (wad/ITA/LKT/zul)

No comments: