Kamis, 01 Februari 2007
Palembang, Kompas - Hujan deras selama sepekan ini menyebabkan banjir makin meluas. Rabu (31/1) kemarin banjir merepotkan 12 provinsi, termasuk DKI Jakarta. Beberapa daerah juga terancam tanah longsor.
Banjir dengan akibat luas hari Rabu melanda sejumlah wilayah di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jambi, Riau, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Selatan. Repotnya, banjir bukan hanya merendam kawasan permukiman dan jalan raya, tetapi juga merusak kebun dan persawahan. Ketinggian air bervariasi, mulai dari 0,5 meter hingga 2 meter. Di beberapa provinsi, banjir belum menunjukkan tanda-tanda surut.
Di Sumsel, luapan air dengan ketinggian 1 meter meluas dan merendam sawah siap panen. Dari pengamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, tanaman yang menjadi tumpuan harapan petani bakal membusuk dan gagal panen.
Di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, banjir masih menggenangi ratusan hektar sawah. Hingga Rabu belum ada tanda- tanda air sungai segera surut.
Ketinggian air di beberapa lokasi masih mencapai 1,5 meter. Sebagian besar padi berumur satu minggu sampai lebih dari dua bulan dan siap panen membusuk karena terendam banjir lebih dari empat hari.
Banjir juga menyebabkan ruas jalan lintas tengah Sumatera masih terputus. Akibatnya, truk pengangkut kelapa sawit dari perkebunan di seberang Sungai Pangi harus berputar melalui Pagar Alam menuju pabrik pengolahan di Sungai Laru, Lahat, di seberang Sungai Pangi.
Di Provinsi Jambi, banjir terjadi di beberapa daerah. Di Kabupaten Kerinci, banjir dan hujan lebat menyebabkan 40 titik longsor di Jalan Bangko-Kerinci mulai dari Km 74. Meski upaya pembersihan runtuhan tanah dan bebatuan telah selesai, sepanjang jalan menuju ibu kota Kerinci masih rawan longsor.
Untuk menghemat pengeluaran dan menyambung hidup, sebagian petani yang sudah habis- habisan mengeluarkan modal tanam kini terpaksa makan oyek, makanan yang terbuat dari singkong, sebagai campuran nasi.
Mujirah (50), petani di Desa Kepahiang, kembali makan oyek sejak sawahnya seluas dua hektar terendam banjir. Selama ini, ia selalu berupaya menyediakan nasi untuk lima anggota keluarganya. Namun, kegagalan panen menyebabkan keluarga itu harus berhemat guna mengumpulkan modal tanam ulang. Oyek dibeli di pasar Rp 3.000 per kilogram atau lebih murah dibandingkan dengan harga beras yang mencapai Rp 4.700 per kilogram. Ia memasak oyek dan beras dengan perbandingan oyek 2 kilogram dan beras 2,5 kilogram.
Di Kalsel, banjir dalam sepekan mengakibatkan sedikitnya 1.605 hektar tanaman padi berumur sebulan terendam, 85 hektar di antaranya puso. Selain itu, 18.045 kg bibit padi di persemaian juga terlimpas. Sebanyak 15.220 kg di antaranya rusak.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kalsel Sriyono, Rabu, sawah yang dilanda banjir berada di enam kabupaten dan sebagian besar terletak di hulu Sungai Selatan, yaitu 857 hektar, dengan 50 hektar di antaranya puso.
Kerusakan dengan akibat yang hampir sama terjadi pula di Sulteng, Jabar, Banten, Jateng, dan Jatim. Di Sulteng, banjir berujung pada longsor di Labuan Bajo, Donggala, menyebabkan tiga warga meninggal, seorang terluka, dan tiga rumah tertimbun.
Korban tewas adalah Hadijah (45) beserta dua anaknya, Darmawati (14) dan Darna (7). Mereka baru bisa dievakuasi Rabu kemarin. Sementara korban luka, Alimuddin (52), suami Hadijah, dievakuasi sekitar satu jam setelah peristiwa dan sampai kemarin masih dirawat di Rumah Sakit Undata, Palu.
Wahid, anak Hadijah yang selamat, menceritakan, Selasa pukul 23.00 ia mendengar suara gemuruh. Ia, yang saat itu bertandang ke rumah tetangga, langsung berlari ke arah rumahnya. Ia melihat rumahnya dan dua rumah tetangganya telah tertimbun tanah. Menurut Wahid, saat longsor ibu dan kedua saudaranya sudah tidur, sementara ayahnya masih menonton televisi.
Kepala Dinas Prasarana Wilayah Kabupaten Donggala Saliman Simanjuntak mengatakan, lokasi longsor Labuan Bajo memang sangat labil. Ia mengimbau 50 keluarga di kawasan itu segera direlokasi ke tempat aman.
Banjir di sejumlah kawasan di Jakarta kemarin mulai surut. Namun, sejumlah titik di Jakarta Selatan masih tergenang banjir, seperti di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, ratusan rumah terkepung banjir di kawasan Pulo Raya sepanjang hari Rabu. Air menggenangi RW 01, RW 02, dan RW 03 yang berada di aliran Kali Krukut. Dalam pantauan terlihat kemacetan di sekitar lokasi banjir.
Air juga menggenangi sebagian lajur Jalan Wolter Monginsidi dari arah Mampang Prapatan menuju Blok M, mengakibatkan kemacetan parah. Namun, warga masih mengungsi di sejumlah posko. Ribuan rumah di Kota Bekasi juga terendam. Di beberapa tempat ketinggian air mencapai 1 meter.
Banjir juga mengganggu Kabupaten Bekasi. Bahkan, seorang bocah berusia enam tahun warga Desa Wanasari, Cibitung, Virgi Ilham Aditria (5), hilang terseret arus. Virgi yang terjatuh dari jembatan tak jauh dari rumahnya hingga tadi malam pukul 20.00 belum ditemukan.
Di Jateng, banjir melanda tiga desa di Kecamatan Warurejo, Kabupaten Tegal. Ketiga desa itu adalah Desa Banjarturi, Banjaragung, dan Kedungkelor. Ratusan hektar sawah rusak akibat terendam air.
Areal tambak dan persawahan yang terendam banjir terletak di jalur pantai utara Kabupaten Tegal sepanjang 4 kilometer. Tanaman padi yang rata-rata masih berusia 10 hari tidak bisa diselamatkan lagi, begitu juga dengan bandeng milik petani tambak yang hanyut terbawa banjir. (FUL/MKN/CHE/WIE/MDN/ITA/ WAD/LKT/REI/COK/AMR/ONG)
No comments:
Post a Comment