Rabu, 10 Januari 2007 Radar Banjarmasin
KOTABARU - Hujan disertai angin puting beliung kembali melanda. Kali ini terjadi di kawasan Perumnas Batu Silira RT 6, Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kotabaru. Akibatnya, 16 buah rumah rusak berat dan beberapa rumah lainnya rusak ringan. Angin kencang berputar-putar itu berlangsung sekitar 8 menit, sekitar pukul 15.30 Wita, Selasa (9/1) kemarin.
Saat kejadian, hujan turun tidak terlalu deras hanya saja diikuti angin kencang. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba angin puting beliung langsung menghantam kawasan padat hunian tersebut, sehingga mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah warga. Dari 16 buah rumah yang rusak terkena hantaman angin tersebut, rumah milik seorang janda Hj Sumi, yang disewakan dengan 10 pintu, 9 di antaranya ambruk dan rata dengan tanah. Diperkirakan, akibat hantaman puting beliung ini kerugian yang dialami warga seluruhnya mencapai ratusan juta rupiah.
Untung saja, pemukiman itu belum semuanya ditempati orang, sehingga ambruknya rumah tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Begitu juga dengan puluhan rumah yang rusak ringan tidak ada korban yang luka-luka.
Puluhan anak-anak yang sedang bermain menceritakan, saat hujan turun tersebut bertepatan dengan azan salat Ashar, dari kejauhan terlihat angin memanjang ke bawah dengan berputar-putar lewat daerah perumahan tersebut dan menerbangkan apa saja yang dilewatinya, termasuk ratusan atap rumah warga yang terbuat dari genteng metal dan asbes.
"Terlihat angin tersebut seperti berekor dan berputar-putar di kawasan perumahan ini, disertai dengan bunyi gemuruh. Beberapa menit kemudian angin tersebut hilang," ujar Ardi yang baru berusia belasan tahun menceritakan kepada Radar Banjarmasin. Selanjutnya Ardi langsung lari dan berlindung karena takut melihat fenomena alam tersebut.
Pengakuan serupa juga diungkapkan oleh salah satu korban hantaman angin puting beliung ini, Ibu Aisiah yang berumur 63 tahun. Saat angin tersebut menghantam rumahnya, Aisiah berada di dalam rumahnya dan melihat langsung bagaimana atap rumahnya yang terbuat dari asbes tersebut berputar dibawa angin.
"Saat itu terdengar suara gemuruh angin yang sangat keras dan tiupan angin yang sangat kencang. Dan tiba-tiba atap rumah saya langsung beterbangan dan sebagian lagi jatuh ke bawah, saat itu saya berada di depan pintu, dan saya langsung keluar rumah takut tertimpa atap yang berjatuhan, angin tersebut tidak terlalu lama lalu hilang begitu saja," tuturnya saat dikunjungi di rumahnya, kemarin sore.
Selanjutnya, menurut Aisiah, dengan dibantu menantunya, ia mencari atap rumahnya yang terbang tersebut, tapi tidak ada. "Jangankan ada yang terlihat, sisa-sisanya saja sudah tidak ada entah ke mana hilangnya saya tidak tahu," katanya.
Kejadian seperti ini sudah dua kali menerpa kawasan Perumnas Batu Silira. Namun kejadian yang pertama kali itu tidak separah kemarin. Kejadian pertama hanya menimbulkan kerusakan ringan saja dan tidak sampai merobohkan rumah.(ins)
No comments:
Post a Comment