Monday, March 26, 2007

Pandeglang Longsor Enam Orang Tewas

Rabu, 07 Februari 2007 03:13

* Ibu hamil dan anak tertimbun tanah
* Jakarta kembali tergenang
* Ribuan Urang Banua jadi korban

Pandeglang, BPost
Seorang perempuan yang sedang hamil enam bulan dan anak pertamanya yang berusia enam tahun tewas tertimbun tanah longsor di Desa Kadumerak, Pandeglang, Banten. Longsor terjadi akibat derasnya hujan yang mengguyur Banten, Selasa (6/2) dinihari.

Tanah longsor itu menghancurkan lima rumah dan menewaskan enam orang. Salah satunya adalah ibu muda yang hamil bernama Eneng Reni (24).

Selain Eneng, warga yang tewas tertimbun adalah Icum (36), Yulia (19), Hendra (6) - anak pertama Eneng Reni - , Hirlan (9), dan Sufiansuri (11). Sedangkan warga yang mengalami luka sebanyak 14 orang yang empat di antaranya mengalami luka parah, yaitu Uki Sanukri (45), Wawan (27), Ila (19), dan Atinah (38).

Ratusan anggota TNI, polisi, dan warga kampung mengalami kesulitan saat mengevakuasi korban. Sebab, kondisi kemiringan tanah di lokasi longsor sulit didaki. Terlebih hujan juga terus turun sehingga membuat tanah pun kembali longsor.

Sejumlah warga mengungkapkan, peristiwa ini baru kali pertama terjadi. Tidak ada yang menyangka lereng bukit yang dipenuhi pohon pisang itu longsor menimpa rumah dan menewaskan warga kampung.

Uki, seorang korban yang istrinya (Icum), dua anak (Yulia dan Sufiansuri dan satu cucunya (Hendra) tewas, menuturkan saat hujan deras turun, dia beberapa kali melihat keluar, karena ada bagian tanah di halaman rumah, yang bergeser ke arah selokan dekat areal persawahan.

Sekitar pukul 03.00 Wita, laki-laki ini terbangun karena mendengar gelegar petir berulang kali. Uki pun keluar rumah. Ketika berada di halaman, dia mendengar suara gemuruh longsoran tanah dari lereng bukit. Tanah itu dengan cepat menerjang rumahnya dan rumah tetangga, Tajuddin.

Tubuh Uki pun ikut terdorong keras hingga jatuh. Sebagian tubuhnya terkubur tanah. Dalam kondisi ini, dia melihat rumahnya hancur lebur.

Uki pun berteriak keras meminta pertolongan. Untung ada tetangga, Saib (40) yang mendengar dan membantu mengeluarkannya dari timbunan tanah.

"Saya seperti mendengar suara kereta, keras sekali. Tanah bergetar keras. Saya cuma bisa melihat rumah dan keluarga saya terbenam tanah," tuturnya lirih.

Banjir Jakarta

Di Jakarta, banjir yang terjadi hampir satu pekan ini mulai surut. Tetapi hujan deras disertai petir yang terjadi sejak Selasa dini hari, membuat beberapa kawasan kembali tergenang.

Di Jakarta Barat, beberapa ruas jalan tergenang hingga ketinggian satu meter. Di beberapa tempat, genangan air juga diperparah dengan tumpukan sampah dan matinya lampu lalu lintas. Akibatnya, kesemrawutan dan kemacetan terjadi di mana-mana.

Kondisi serupa terjadi di Jakarta Pusat. Sejumlah jalan masih terendam hingga setengah meter sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. Kekacauan arus lalu lintas pun tidak terelakkan.

Petugas polisi lalu lintas yang berupaya mengatur tidak sanggup memecah kemacetan. Di sejumlah tempat di Jakarta Selatan, arus lalu lintas juga macet, akibat tidak berfungsinya lampu lalu lintas dan tingginya genangan air hingga 50 sentimeter.

Di Tangerang, Banten, hujan yang kembali mengguyur juga menambah ketinggian genangan air di sejumlah lokasi. Antara lain di Perumahan Pinang Griya, Pinang, Ciledug Indah I dan II, Perumahan Total Persada di Priuk Kota Tangerang. Ketinggian air mencapai satu setengah meter. Warga yang sebelumnya sempat pulang ke rumah karena air surut, kembali lagi ke pengungsian untuk menyelamatkan diri.

Kantor Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sempat tergenang air setinggi mata kaki. Air tidak datang dari gorong-gorong, seperti yang terjadi tahun lalu. Namun, berasal dari rembesan air hujan dari balik ruang konferensi pers. Namun, saat aktivitas Presiden dimulai sekitar pukul 10.00 WIB, ruangan sudah tertata rapi seperti biasanya

Ribuan urang Banua yang tersebar di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi pun ikut menjadi korban. Meski belum ada laporan ada yang meninggal akibat banjir, namun mereka direpotkan dengan musibah banjir yang lebih parah dibanding 2002 ini.

Rumah Ketua Kerukunan Warga Kalimantan Selatan (KWKS) Mochamad Noor di Kompleks TNI AL Kelapa Gading pun ikut terendam air yang mencapai ketinggian hingga dada orang dewasa.

Trauma pun dialami warga Kalsel yang tinggal di Jalan Sartika 12, Medan Satria, Bekasi, Ny Roswangi.

"Banjir tahun ini benar-benar tinggi, biasanya setiap lima tahun banjir cuma sebatas mata kaki. Kami masih trauma jika mendengar hujan turun, Apalagi dalam beberapa hari ini hujan deras selalu turun tengah malam sampai menjelang Subuh," ucapnya.

Kondisi di kawasan ini sangat menyedihkan, karena listrik dipadamkan, sehingga jika malam gelap gulita. Warga pun terpaksa menggunakan lilin sebagai penerang.

Akhir banjir memang belum bisa diprediksi. Menurut prakiraan cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung, Jabar, hujan lebat masih akan mengguyur wilayah Jabar utara, termasuk Bogor, hingga Rabu (7/2) ini.

Potensi kerugian akibat banjir di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi), menurut Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta sekitar Rp4,1 triliun.

36 Tewas

Korban tewas pun kian bertambah. Polda Metro Jaya mencatat 36 orang kehilangan jiwanya. Data ini disampaikan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol I Ketut Untung Yoga Ana.

Para korban tewas itu tersebar di lima wilayah Jakarta, ditambah Tangerang dan Bekasi.

Rinciannya, di Jakarta Utara empat orang meninggal, delapan di Jakarta Barat, dua di Jakarta Selatan, tiga di Jakarta Pusat, dan sembilan di Jakarta Timur.

Sedangkan di Kota Tangerang dua orang dilaporkan meninggal, empat di Kabupaten Tangerang, dan empat di Kota Bekasi.

"Mereka meninggal karena kesetrum listrik, tenggelam, terbawa arus, dan sakit," tutur Yoga. WK/JBP/bec/mur/dtc/mtc

No comments: