Minggu, 04 Februari 2007 02:57
* Jakarta Siaga Satu
* 7 Orang tewas
* Sutiyoso angkat tangan
Jakarta, BPost
Banjir besar yang melanda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) tidak hanya melumpuhkan aktivitas masyarakat.Tujuh orang tewas dan ratusan ribu orang mengungsi. Status Jakarta pun ditingkatkan menjadi Siaga I.
Informasi yang dimiliki Posko Badan Koordinasi Nasional (Bakornas), korban tewas adalah tiga orang terkena sengatan listrik dan dua orang karena kedinginan di Jakarta serta dua warga Bekasi yang belum diketahui penyebabnya. "Kita belum bisa menyebutkan identitasnya karena masih dalam pendataan," ujar Sunardi, petugas posko, Sabtu (3/2).
Informasi yang diperoleh pers, salah satu korban adalah H Sulaiman (59) warga Jatinegara, Jakarta Timur. Dia meninggal di pos pengungsian. Sebelumnya, Sulaiman bersama sejumlah anak dan cucu bertahan di lantai dua rumahnya. Namun, karena banjir tak kunjung surut, mereka pun mengungsi.
Namun begitu tiba di pos, Sulaiman kejang-kejang. Tak beberapa lama dia pun meninggal. "Dia kedinginan dan sakit jantungnya kambuh setelah berenang ke pengungsian," tutur Nina, salah satu putri Sulaiman.
Nasib tragis juga dialami Romi (4). Bocah warga Petamburan ini juga tewas di pos pengungsian karena kedinginan. "Dia sempat lama kehujanan dan tercebur ke genangan air," ujar Yulia (32), ibu bocah malang itu.
Wilayah yang parah terkena air bah adalah tiga kecamatan di Jakarta Pusat, delapan di Jakarta Timur, tujuh di Jakarta Barat, sembilan di Jakarta Selatan, enam di Jakarta Utara, 16 di Bekasi dan tujuh di Tangerang. Jika dipresentase, sebanyak 60 persen wilayah ibukota tergenang air,
"Jumlah pengungsi yang terdata hingga Sabtu dini hari mencapai 106.095 orang. Banjir juga merendam puluhan ribu rumah penduduk. Ini belum perkantoran, kantor-kantor pemerintah, sekolah dan rumah sakit. Kita masih fokus pada evakuasi warga yang rumahnya digenangi banjir," ujar Sunardi.
Kemarin, meski curahnya tidak setinggi Jumat, hujan terus mengguyur ibukota. Pun dengan Bogor. Di salah satu daerah penyangga Jakarta ini hujan seharian turun dengan deras. Debit air Bendung Katulampa, Bogor, terus meninggi hingga 250 sentimeter dari kondisi normal 80 sentimeter. Keadaan ini sangat membahayakan bagi warga Jakarta, terutama yang bermukim di sekitar bantaran Sungai Ciliwung.
Dari pantauan, air masih menggenangi sejumlah sarana vital masyarakat. Sejumlah jalan tol dalam kota seperti Cawang-Grogol, Sedyatmo (jalur utama menuju Bandara Soekarno Hatta), Jagorawi, Bumi Serpong Damai (BSD) dan Tangerang pun terendam. Akibatnya, arus lalu lintas sangat tersendat. "Pasrah saja deh sampai jam berapa di rumah, yang penting sampai sajalah," keluh seorang pengemudi, Janatin di Tol BSD. Saat ditemui dia sudah terjebak kemacetan sekitar tiga jam.
Sebagian besar alat transportasi seperti bus, mikrolet, taksi, bajaj dan busway juga belum beroperasi karena masih banyak jalan-jalan yang tidak bisa dilewati karena genangan air masih sekitar satu meter. Jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api mengalami keterlambatan hingga belasan jam hingga ribuan calon penumpang telantar di Stasiun Gambir dan Pasar Senen.
Uniknya, Sejumlah halte busway di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, jadi penyelamat warga. Halte-halte itu berubah menjadi tempat pengungsian. Warga tidak punya pilihan lain mengingat tidak ada lagi tempat istirahat yang memadai. Sebagian rumah mereka terendam air hingga mencapai atap. "Rumah sudah tidak bisa ditempati," kata Indra, seorang warga setempat.
Aktivitas perekonomian pun masih lumpuh. Pasar-pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan grosir banyak yang tutup. Kerugian ditaksir miliaran rupiah. "Hari ini (kemarin, Red) kita tidak bisa mengirim kain ke daerah-daerah. Bisa dibilang satu pedagang di sini rugi puluhan hingga ratusan juta," keluh Atang, pedagang grosir kain di Pusat Grosir Cipulir.
Bantuan untuk para pengungsi pun berdatangan dari berbagai pihak. Termasuk 3.000 paket sembako dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk pengungsi di Kantor Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Paket itu berisi lima kilogram beras, 10 bungkus mi instan, dua botol air mineral ukuran 1,5 liter, minyak goreng, dan satu kaleng sarden. "Wilayah Cengkareng saat ini merupakan daerah yang paling banyak pengungsi korban banjir," kata Kepala Biro Pers dan Media Massa Rumah Tangga Kepresidenan, DJ Nachrowi.
Angkat Tangan
Lalu bagaimana sikap Pemprov DKI Jakarta? Gubernur Sutiyoso menyatakan tidak bisa berbuat apa pun. "Selama Banjir Kanal Timur, belum selesai dibangun, kami tidak bisa berbuat banyak selain menangani para korban banjir. Ya, menunggu surut saja," tegasnya.
Selain itu, Sutiyoso juga menyatakan untuk mengatasi banjir lima tahunan yang melanda provinsinya itu perlu direalisasikan konsep pembangunan Megapolitan. "Kita sudah bekerja keras mencari solusi penanganan banjir. Jika banjir tahunan itu masih bisa ditangani. Namun, jika banjir lima tahunan, musibah itu tidak bisa tertangani karena sebuah fenomena alam," tegasnya.
Sutiyoso pun menuding banjir besar ini karena kiriman dari Bogor. "Daerah resapan di sana sudah habis dengan maraknya pembangunan vila. Kami tidak bisa berbuat banyak, karena pemberian izin pembangunan vila terkait pendapatan asli daerah Pemprov Jabar," ujarnya.
Pria asal Semarang, Jateng ini boleh berkilah. Namun, bagi Lumbung Informasi Rakyat (Lira) tetap menilainya harus bertanggungjawab. Mereka mengancam mengajukan gugatan class action terhadap Sutiyoso.
"Kami melihat Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Sutiyoso dan wakilnya Fauzi Bowo tidak sungguh-sungguh dalam mengatasi banjir. Padahal itu sudah sering kali terjadi. Pada 2002 lalu, Pemprov DKI Jakarta berjanji untuk memperbaiki kinerjanya, nyatanya banjir kembali terulang," kata Presiden LIRA Jusuf Rizal.
BBM Aman
Di tengah derita warga ibukota, Pertamina mengembuskan kabar cukup menggembirakan. Mereka menjamin pasokan BBM terutama premium dan minyak tanah tetap lancar. "Operasi penyaluran BBM, khususnya terhadap masyarakat baik untuk SPBU maupun minyak tanah untuk rumah tangga tetap disalurkan. Stok BBM cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Kadiv Komunikasi Pertamina, Toharso.
Namun, dia mengakui beberapa SPBU terpaksa tidak beroperasi karena tingginya genangan air dan tertutupnya jalur distribusi. "Banyak jalur yang tidak bisa dilewati. Kalau pun bisa macetnya luar biasa," tegasnya. dtc/mtc/tic/ant/kcm
No comments:
Post a Comment