Jumat, 23 Februari 2007 02:18
* 7 Km jalan provinsi longsor
* Banjir Tapin dan Banjar meluas
Rantau, BPost Musibah banjir di Kalimantan Selatan kian meluas. Setelah sebagian wilayah Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Banjarbaru terendam, Kamis (22/2) kemarin air juga merendam sebagian wilayah Kabupaten Tapin. Bahkan, banjir di Tapin ini merupakan bencana terparah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Banjir terjadi akibat sungai meluap menyusul hujan lebat yang mengguyur wilayah itu selama 12 jam sejak Rabu malam. Selain merendam ratusan rumah, sapuan banjir juga merusak dua jembatan yang merupakan akses warga Banua Enam ke Tanah Bumbu. Jalan provinsi sepanjang 7 kilometer pun longsor. Lokasi yang longsor tepatnya di Desa Munggu Ringgit, yang berbatasan dengan Kecamatan Paramasan, Banjar.
Diperoleh informasi, sebelum rumah-rumah mereka terendam, ribuan warga Kota Rantau, sejak Kamis dinihari memang sudah panik dan ketakutan. Pasalnya, hujan deras itu telah melongsorkan sebuah bukit yang merobohkan tiga rumah dan melukai tiga warga.
Amat (28), warga setempat menggambarkan, debit air Sungai Tapin meningkat drastis mulai pukul 02.00 dinihari. Air pun dengan cepat menerjang wilayah Kecamatan Bungur dan Tapin Utara. Ratusan rumah terendam air setinggi 1-2 meter. Para warga terpaksa mengungsi ke tempat keluarga dan tetangganya yang tidak tergenang.
Dari pantauan BPost, selain mengganggu aktivitas warga, aktivitas sosial juga tersendat. Satu sekolah, yakni SDN Kupang, terpaksa diliburkan karena seluruh ruang kelas terendam.
Informasi dari Satlak PB dan Polres Tapin menyebutkan, banjir di Tapin melanda sejumlah kecamatan, tapi yang terparah di Kecamatan Piani. Di desa Batu Ampar dan Miawa saja, sebanyak 48 rumah terendam.
Bupati Tapin Idis Nurdin Halidi dan Kadinkessos Fahmi Saberi, mengatakan pihaknya telah memberikan bantuan tanggap darurat berupa sembako, pakaian dan alat masak-memasak untuk korban. Diharapkan itu bisa membantu meringankan penderitaan warganya.
Terputus
Tentang hanyutnya jembatan penghubung Harakit-Batung Palus Garing serta jembatan penghubung Miawa-Gunung Barong, warga menyatakan sangat terpukul.
Pasalnya, akibat rusaknya dua jembatan yang merupakan akses warga se-Banua Enam ke Tanah Bumbu, itu jalur transportasi darat lumpuh. Padahal jalur tersebut merupakan alternatif bagi angkutan umum maupun pengangkutan hasil-hasil pertanian, karena jaraknya lebih dekat dibanding jika melewati Banjarbaru- Pelaihari.
Cerita sedih juga dialami sejumlah warga yang terjebak dalam longsornya jalan sepanjang 7 kilometer di wilayah Munggu Ringgit, perbatasan Tapin-Kecamatan Paramasan (Kabupaten Banjar).
Andri, misalnya,-- seorang sopir angkutan dari Batulicin, menceritakan, saat dirinya melewati daerah Munggu Ringgit yang rawan dan sepi pemukiman penduduk, tiba-tiba dikejutkan dengan aspal jalan di depannya yang ambrol.
Mobil yang membawa 8 penumpang itu pun ia hentikan. Ia panik dan akhirnya melaporkan kejadian itu ke Polsek Piani via handphone.
Mereka mengaku terjebak di tengah kegelapan dan guyuran hujan selama hampir 12 jam. Baru Kamis pagi, para penumpang bisa melewati lokasi longsor dengan berjalan kaki. Sedangkan mobil terpaksa ditinggalkan di jalan.
Selain dua buah mobil, di tempat itu juga terdapat puluhan sepeda motor yang tertahan karena takut melewati jalan longsor yang labil. Siang kemarin, satu per satu sepeda motor berhasil meninggalkan daerah ini dengan menyisir bagian pinggir secara perlahan.
Tak hanya Tapin, banjir juga meluas di Kabupaten Banjar hingga melanda kecamatan Pengaron dan Simpang Empat.
Akibatnya, ratusan rumah warga, gedung sekolah serta tempat ibadah terendam hingga sepinggang orang dewasa.
Camat Simpang Empat M Taufiq mengatakan, belum ada pengungsian besar-besaran sebagaimana banjir besar Juni 2006. "Baru belasan KK yang mengungsi. Kita telah siapkan lokasi pengungsian di PDAM Simpang Empat Pengaron, 70 km dari Martapura," jelasnya.ary/adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
No comments:
Post a Comment