Rabu, 04 Oktober 2006 01:46:08
Pelaihari, BPost
Pekatnya asap yang menyelimuti beberapa daerah di Kalsel membuat Gubernur Rudy Ariffin mengelus dada. Orang nomor satu di Bumi Antasari ini mengimbau masyarakat tidak lagi membakar lahan.
"Jangan bakar-bakar lagi," ucap Rudy ketika berada di Pelaihari, Senin (2/10), dalam kegiatan safari Ramadhannya berbuka puasa di Masjid Asy Syuhada.
Dalam agenda itu, Rudy didampingi Wagub HM Rosehan NB beserta unsur muspida. Pihak tuan rumah, Bupati Drs H Adriansyah beserta unsur muspida dan ratusan warga Pelaihari.
Rudy menceritakan apa yang dilihatnya saat melintas di trans Kalimantan arah Banjarmasin-Pelaihari. "Saya lihat tadi ada yang sengaja mancucul (membakar, red)."
Saat itu, si pembakar tersebut memang menunggui atau berusaha mengamankan/mengisolasi api. "Tapi, jika apinya membesar, pasti akan ditinggalkan. Nah, yang seperti ini yang bahaya karena bisa menyebar ke mana-mana," ucap gubernur.
Di hadapan seluruh hadirin, dia mengingatkan bahaya atau dampak buruk kebiasaan membakar lahan. Seperti, tercemarnya udara oleh debu dan asap sehingga berpotensi menurunkan kesehatan warga.
"Penderita penyakit saluran pernafasan atas (ISPA) sudah demikian tingginya akibat pekatnya kabut asap dalam beberapa pekan terakhir," beber Rudy.
Ia berharap pemerintah kabupaten/kota melakukan langkah nyata untuk mencegah aktivitas pembakaran lahan. Di pihak lain, Rudy meminta warga sadar dengan meninggalkan kebiasaan membakar ketika ingin membuka ladang pertanian atau perkebunan.
"Pembakaran seperti itu sangat tidak baik. Produktivitas tanah justeru turun. Tanah menjadi tidak subur lagi, karena humus atau unsur haranya menjadi mati akibat pembakaran itu," sebut Rudy.
Sekadar mengingatkan, umumnya warga (petani/pekebun) berpendapat pembakaran menambah kesuburan tanah. Abu bekas kebakaran diyakini menjadi unsur hara yang tinggi. Selain itu, dengan cara membakar, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membuka lahan.
Rudy mengajak seluruh elemen masyarakat berperan menjaga lingkungan, termasuk hutan, dari kerusakan, apakah terhadap risiko kebakaran atau penebangan. Pasalnya, keberadaan hutan sangat penting sebagai resapan air dan penjaga keseimbangan alam.
"Tahura kita baru saja terbakar seluas 400 haktare. Ini bukan luasan yang sedikit. Jadi, jangan lagi hutan kita yang lain terbakar. Jangan sampai daerah kita dihantam bencana, seperti, sunami dan lumpur panas di Jawa," ucap Rudy.roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Saturday, October 14, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment