Thursday, October 12, 2006

Porong Lumpuh Total

Minggu, 17 September 2006 04:35

Sidoarjo, BPost
PT Jasa Marga, pengelola ruas jalan tol Surabaya-Gempol benar-benar tidak berdaya. Warga korban lumpur panas PT Lapindo Brantas menjadikan ruas jalan bebas hambatan itu bak kompleks pengungsi.

Jalur vital yang menghubungkan ibukota provinsi dengan daerah-daerah di selatan Jawa Timur itu sejak Jumat (15/9) diblokir ratusan warga. Mereka adalah warga Desa Besuki, Kecamatan Jabon, yang rumahnya terendam lumpur panas Lapindo. Sejumlah tenda darurat berdiri sebagai tempat berlindung sementara.

Pemandangan di ruas jalan tol Surabaya-Gempol km 40 pun berubah bak pasar dadakan. Banyak warga memanfaatkan situasi itu untuk berjualan makanan. Mereka bersaing dengan para pedagang asli menjajakan dagangan.

Berbagai makanan dan penganan mulai mi ayam, mi instan, kue, es dll dijual di pasar dadakan tersebut. "Mau apa lagi, tidak ada kegiatan yang bisa saya kerjakan, terpaksa jualan makanan," tutur seorang ibu sambil menyerahkan sepiring nasi campur kepada seorang pembeli, Sabtu (16/9) pagi.

Menariknya, kebanyakan dagangan makanan itu diserbu wartawan yang ikut menginap di jalan tol. Hingga pukul 11.00 WIB, ruas jalan tol Surabaya-Gempol masih lumpuh. Ratusan warga memenuhi bahu jalan bersama perabotan rumah tangga yang sempat diselamatkan dari terjangan air lumpur Lapindo.

Penderitaan warga di Kabupaten Sidoarjo tidak pernah berhenti sejak terjadinya semburan gas disertai lumpur di area Lapindo Brantas Inc, Juni silam. Hingga kini pihak Lapindo maupun pemerintah tidak pernah mampu mengatasi luapan lumpur panas. Bahkan luapan lumpur semakin meluas dan menenggelamkan puluhan desa.

Jumat lalu, kembali tempat penampungan lumpur jebol sehingga air disertai lumpur panas merendam rumah-rumah penduduk dan sebuah sekolah dasar negeri di Desa Besuki.

Jalan Reguler

Hingga kemarin, kondisi Desa Besuki RT 1, 2, 3, 4 RW 5 masih terendam air lumpur setinggi 30-70 cm atau hingga sepinggang orang dewasa.

Dengan diblokirnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol, praktis jalan reguler dari Porong menuju Gempol, Pasuruan, menjadi padat oleh kendaraan bermotor. Namun jalan reguler itu pun ditutup oleh warga.

Pemblokiran di Jalan Raya Porong yang merupakan satu-satunya jalan alternatif menghubungkan Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi, menjadikan kemacetan luar biasa. Barisan mobil dan bus memanjang hingga 5 km mulai dari Pasar Porong hingga Tanggul Angin.

Lumpuhnya jalur Porong itu membuat kendaraan yang akan ke Malang, Surabaya atau Banyuwangi dialihkan menuju Mojokerto meski harus memutar agak jauh.

Warga memblokir jalan raya Porong menuntut air dan lumpur panas Lapindo dibuang ke Kali Porong tanpa harus melalui water treatment. "Kami tidak ingin perkampungan kami (Desa Pejaraan dan Desa Besuki dan Mindi) tenggelam," kata Ijar, warga Desa Mindi.

"Warga bertekad terus memblokir jalan sampai lumpur dibuang ke Kali Porong," tambahnya.

Akibat pemblokiran jalan raya Porong, bukan hanya pengguna jalan yang kelimpungan, pemilik toko di sekitar jalan tersebut ketar-ketir. Mereka memilih menutup tokonya.

"Kita tidak bisa buka, karena situasinya tidak memungkinkan," kata seorang pemilik toko kelontong.

Pihak TNI AD terus berusaha melakukan negosiasi dengan warga agar menghentikan aksinya. Namun hingga menjelang tengah hari, warga tetap tidak beranjak dari ruas jalan tol Surabaya-Gempol maupun jalan raya Porong.

Sempat terjadi ketegangan ketika tiga truk Dalmas tiba di lokasi yang diduga hendak membubarkan aksi warga. Warga sempat merapatkan barisan dan berhadapan-hadapan dengan Dalmas. Namun ternyata petugas Dalmas bersenjata laras panjang itu hanya duduk-duduk.

Aksi pemblokiran baru berakhir setelah Bupati Sidoarjo Win Hendrarso mengabulkan tuntutan warga untuk membuang air lumpur Lapindo Brantas Inc ke Kali Porong.

"Saya sependapat aspirasi sampeyan. Kemarin sudah saya sampaikan dan sudah didukung eksekutif dan legislatif serta warga Desa Besuki," kata bupati.

Meski begitu Win meminta jaminan kepada warga, jika air lumpur dibuang ke Kali Porong dan nantinya menimbulkan persoalan hukum, warga harus mendukung dirinya.

"Jadi semua setuju air lumpur dibuang ke Kali Porong?" tantang Win yang langsung disambut teriakan "setuju!" oleh warga secara serempak.

Kata bupati, jika nanti pembuangan lumpur ke Kali Porong dipersoalkan pihak lingkungan hidup, warga harus membantunya. Warga kemudian berangsur meninggalkan jalan raya porong.

Langgar HAM

Sementara Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai PT Lapindo dan pemerintah telah melanggar hak asasi manusia (HAM), terutama dalam ekonomi, sosial, dan budaya.

"Itu terlihat kasat mata dari dampak semburan lumpur Lapindo," kata Direktur Walhi Chalid Muhammad di kantor Komisi Nasional HAM, kemarin.

Dia menyebut bentuk pelanggaran HAM antara lain hilangnya hak anak-anak untuk bermain, pendapatan masyarakat menurun, dan tidak adanya tempat tinggal yang layak.Di sisi lain, pemerintah dan Lapindo, tidak menunjukkan usaha yang maksimal memenuhi hak-hak masyarakat.

"Tidak pernah ada pernyataan siapa korban, berapa banyak, dan apa hak-hak korban. Juga soal kewajiban yang harus dipenuhi negara dan Lapindo kepada masyarakat," ujar Chalid.

Namun penilaian berbeda dikemukakan anggota Komisi Lingkungan Hidup dan Kesehatan Komnas HAM Anshari Thayib. Menurut dia dari bukti-bukti materiil, sepintas bisa dikatakan terjadi pelanggaran HAM. Namun, bila dilihat dari upaya pemerintah dan Lapindo melakukan perbaikan, tidak bisa dikatakan terjadinya pelanggaran HAM.

"Bila dikatakan upaya, tidak bisa dikatan telah terjadi pelanggaran HAM. Tapi (pemerintah dan Lapindo) harus didorong untuk menyelesaikan (masalah)," ujarnya.

Terpisah, Kasubdit Mitigasi Bencana dan Pencemaran Lingkungan Subandono Diposaptono mengatakan, lumpur Lapindo bisa dimanfaatkan secara positif jika ditangani dengan benar.

"Kalau ditempatkan benar seperti untuk reklamasi pantai itu bisa jadi solusi menjanjikan. Nantinya, daerah tersebut bisa ditanami mangrove, karena karakteristiknya hampir sama seperti laut," ujar Subandono.

Dengan adanya penanaman mangrove akan memberi hasil positif karena tanaman itu berguna sebagai menahan abrasi, menahan tsunami dan menyerap limbah. sry/dtc

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: