Sunday, October 21, 2007

Pola Penyuluhan Khusus untuk Masyarakat Dayak

Selasa, 4 September 2007
Radar Banjarmasin

BARABAI – Kepala Badan Penyuluh Pertanian Kecamatan Hantakan Eko Prapto Bambang Parikesit mengatakan, pola penyuluhan di setiap kecamatan pada tataran ilmu relatif sama, tetapi pada tataran aplikasi cenderung berbeda. ”Yang jelas penyuluh harus jeli melihat aspek prilaku masyarakat petani yang dibinanya,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin, belum lama tadi.

Seperti di Kecamatan Hantakan, urai Penyuluh Teladan tingkat Nasional ini, ia harus menggabungkan antara aspek prilaku dengan partisipatif. Petani di kawasan Pegunungan Meratus atau petani Dayak Meratus tak hanya diberi contoh terkait bagaimana pembudidayaan masalah bertani.

Mereka juga harus dilibatkan dalam pola partisipatif. Pasalnya, lantaran topografi wilayah yang bergunung, dengan komintas hidup orang dayak yang sudak berkelompok dan terpencar jauh-jauh. Akhirnya, bukan penyuluh yang mengundang petani untuk berdiskusi. ”Tetapi merekalah yang kerap mengundang kita untuk dilakukan pertemuan,” kata penyuluh yang sudah mempunyai masa kerja 18 tahun ini.

Karena sistem seperti itulah, biasanya tenaga penyuluh di Kecamatan Hantakan harus ikut bermalam di Balai Adat milik masyarakat dayak.

Bukan hanya masalah laku dan partispatif, menurut Eko, BPP Kecamatan Hantakan menerapkan sistem open management alias manajemen terbuka. Dengan sistem seperti ini, maka akuntabilitas publik dan tranpransi dana dapat dipertanggungjawaban secara bijak.

”Masalah pengelola keuangan kami tunjuk secara musyawarah mufakat. Sehingga harus diakui bahwa BPP Kecamatan Hantakan dirawat dan dimiliki bersama oleh masyarakat,” ungkap Eko.

Juga terkait pembudidayan tanaman, areal tanam BPP juga dijadikan demplot percobaan atau laboratorium lapangan. Sehingga bila ada tanaman baru yang dikembangkan, pertama-tama dapat tumbuh di areal tersebut. ”Petani pun akan mudah mengetahui secara nyata hasilnya,” terangnya.

Bahkan untuk Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) melakukan pertemuan rutin setiap setengah bulan sekali. Disinilah, mereka berbaur untuk melakukan kajian serta penerapan ilmu pengetahuan yang baru.

”Patut diketahui masyarakat Dayak Meratus ternyata begitu respek terhadap hal yang baru terkait informasi pertanian. Ini yang sangat membanggakan,” bebernya. (why)

No comments: